Bedaya Duradasih, Sebuah Ekspresi Budaya pada Masa Sunan Pakubuwana III-IV di Keraton Surakarta

Indah Nuraini, Supriyanti Supriyanti

Abstract


Bedaya Duradasih: A Cultural Expression During the time of Sunan Pakubuwana III-IV in the Surakarta Palace. Bedaya Duradasih is a form of bedaya dance created at the Surakarta Palace. Its creator was Sunan Pakubuwana IV who at that time, still had the title of Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Sunan Pakubuwana IV was a king who had a very significant artistic spirit, so it cannot be denied that artistic and cultural life was very flourishing during his reign. Bedaya Duradasih was one of the cultural expressions at that time. The created expression was inspired by the mood of being infatuated/falling in love with the Madurese princess. Looking at the words Duradasih and Madura can be connected with several opinions regarding the meaning of the word Duradasih. It is said that Duradasih derived from the words Dura and dasih, which mean a woman from Madura. Then it is also mentioned from the words Dara and dasih, which means girl/virgin who brings happiness. Furthermore, it is interpreted from the words Dora and dasih, which means lying for political interests at that time, which ended up with a love affair. From these descriptions, it can be concluded that Bedaya Duradasih reflects one of the cultural expressions.

Keywords: bedaya; Surakarta; expression


Full Text:

PDF

References


Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Babad Tanah Jawi. 1980. Terjemahan Sudibyo Z. H. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku

Sastra Indonesia dan Daerah

Boewono XII, Pakoe. 1992. “Seminar Kebudayaan Posisi Kraton di Tengah Perubahan Zaman”. Yogyakarta: Persatuan Wartawan Indonesia Yogyakarta.

Cassirer, Erns. 1987. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia. Terjemahan Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.

Dharmamulya, Sukirman. 1981/1982. R. M. Ng. Wignyahambeksa: Hasil Karyanya dan Pengabdiannya. Jakarta: Dept. P dan K Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Duverger, Maurice. 1985. Sosiologi politik. Terjemahan Daniel Dhakidae. Jakarta: CV Rajawali.

Duvignaud, Jean. 1988. “Sosiologi Seni”. Terjemahan Y. Sumandiya Hadi dan Christianto Rich. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Haviland, William A, 1985. Antropologi Jilid 2. Terjemahan Soekadijo. Jakarta: Erlangga.

Heine-Geldern, Robert. 1982. Konsepsi tentang Negara & Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Terjemahan Deliar Noer. Jakarta: CV Rajawali

Herusatoto, Budiono. 1987. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita.

Kusmayati, Hermien. 1988. “Bedaya di Pura Paku Alaman Pembentukan dan Perkembangannya 1909-1987” Sebuah

Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat

Sarjana S-2. Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora. Universitas Gadjah Mada.

Martopangrawit. 1975. “Titi Laras Gending dan Sindenan Bedaya - Srimpi Kraton Surakarta”. Surakarta: ASKI Departemen P dan K.

Moertono, Soemarsaid. 1985. Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pujaswara, Bambang. 1982. “Studi Analisa Konsep Estesis Koreografis Tari Bedhaya Lambangsari”. Skripsi yang diajukan untuk gelar Seniman Seni Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta.

Sastronaryatmo, Moelyono. 1083. “Serat Pesindhen Badhaya”. Alih Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

__________________. 1984. Tari: Tinjauan dari berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Soedarsono. 1989. “Raja Jawa dan Seni: Sebuah Contoh Pengaruh Konsepsi Kekuasaan Raja Terhadap Konsepsi Seni Pertunjukan”. Sebuah caramah dalam sarasehan Javanologi pada hari Senin legi

tanggal 25 September 1989 di Jl. Brigjen Katamso 139 Yogyakarta. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Bagian Jawa, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Soemosapoetro, Soemantri. 1985. Sunan Sugih. Babaran Ingkang Kaping III. Surakarta: Paguyuban Darah Dalem PB V.

Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta. 1830-1939. Yogyakarta: Tamansiswa.

Soerdjodiningrat, P. A. 1934. Babad Lan Mekaring Djoged Djawi. Jogjakarta: Kolf Boening.

Suharti. Theresia. 1990. “Tari di Mangkunegaran: Suatu Pengaruh Bentuk dan Gaya Dalam Dimensi Kultural, 1916- 1988”. Sebuah Tesis untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2, Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora Univesitas Gadjah Mada.

Surono. 1982. “Punika Serat Kapranatan Nalika Jaman Nagari Dalem Ing Kartasura, Kala Ing Tahun 1655”. Transliterasi. Surakarta: Perpustakaan Wreksa Pustaka Mangkunegaran.

Suyanto, Sunar Tri. 1985. Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IV Beserta Ajaran-ajarannya. Solo: Tiga Serangkai

Warsodiningrat. K. R. T. 1979. Weda Pradangga. Surakarta: SMKI

Wirapratama, R. Ng. Tt. Transliterasi. Surakarta: Perpustakaan Kraton Surakarta.

Informan

K.R.M.H. Yosodipuro (Almarhum)

Sutjiati Djoko Suhardjo (Almarhum)

S. Ngaliman (Almarhum)

Sri Mulyani (Almarhum)




DOI: https://doi.org/10.24821/dtr.v4i2.6452

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats

 

Flag Counter