Alih Wahana Lakon Malin Nan Kondang dalam Media Komik
Abstract
Naskah lakon Malin Nan Kondang adalah karya drama sebagai hasil dari alih wahana folklor Sumatera Barat: Malin Kundang. Folklor Malin Kundang mengisahkan tentang pemuda Minangkabau bernama Malin yang sukses dalam perantauan tapi akhirnya durhaka pada ibu kandungnya. Folklor Malin Kundang tersebut dialih-wahanakan dalam karya Opera Minangkabau melalui re-interpretasi (tafsir ulang), yang berusaha menghadirkan tokoh Malin sebagai anak berbudi dan selalu berbakti pada orang tua. ‘Kedurhakaan’ dalam folklor Malin Kundang ditafsir kembali sebagai sikap kritis anak dalam menghadapi keinginan orang tua yang terkadang memaksakan kehendak, terlebih setelah pihak orang tua terimbas kesuksesan perantauan anak sebagai orang kaya baru. Secara substansial, capaian penikmat naskah lakon Malin Nan Kondang, yang telah ditampilkan dalam bentuk pertunjukan opera Minangkabau tersebut telah menjangkau kalangan seniman, mahasiswa seni, para kritikus teater dan kalangan pemerhati seni budaya tradisional. Namun, jangkauan itu masihlah dipandang belum mewakili khalayak luas. Maka dari itu, untuk memperluas target audience dalam bentuk pencapaian ke semua lapisan masyarakat, penggarapan alih media dalam bentuk komik akhirnya dirancang sebagai strategi untuk memperluas audience, terutama dalam memperluas segmen dari kalangan remaja. Pembuatan komik yang berpijak dari naskah Malin Nan Kondang tersebut juga dirancang untuk memanfaatkan teknologi online yang sangat berperan aktif dalam proses pengenalan ke semua lapisan masyarakat, terutama di kalangan remaja sebagai pengguna aktif teknologi digital.
Kata kunci : Alih Wahana, Komik, Naskah Lakon Malin Nan Kondang
Full Text:
PDFReferences
Asul Wiyanto, Pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2008.
Anirun, Suyatna. 2002. Menjadi Sutradara. Bandung. STSI Press
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1995
Bonneff, Marcel. Terj Rahayu S Hidayat, Komik Indonesia, Jakarta: Kepustakaan popular Gramedia, 2008.
Delapan unsur pembentuk komik. http://cornerstonestudio.wordpress.com/ 2010/01/25/delapan unsurpembentuk-komik/: diakses pada 15 April 2016: 23.17)
Daryanto, Media pembelajaran, Jakarta: Satu Nusa, 2010
Danesi, Marcel, Pesan, Tanda dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2010
Herman, J Waluyo, Drama Teori dan Pengajarannya, Yogyakarta: Hanindita Graha Widya, 2003
Indiria Maharsi, Komik: Dunia Kreatif Tanpas Batas, Yogyakarta: Kata Buku, 2011
https://www.indotelko.com/read/1544405662/masyarakat-baca-komik digital diakses pada tanggal 25 September 2020
McCloud, Scott, Understanding Comics; The invisible Art, United States: Reinventing Comic, 1993
Gumelar, M.S, Comic Making, Jakarta: Indeks, 2011
Sapardi Djoko Damono, Pegangan Penelitian Sastra Tandingan, Jakarta: Pusat Bahasa, 2005
Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani, 2008
Pamusuk Erneste, Novel dan Film, Jakarta: Nusa Indah, 2008
DOI: https://doi.org/10.24821/dtr.v5i1.7661
Article Metrics
Abstract view : 590 timesPDF - 646 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.