Garap Ricikan Gender Barung Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda
Abstract
Gending Sawunggaling adalah gending yang terdapat dalam karawitan gaya Yogyakarta dan termasuk klasifikasi gending tengahan. Menurut penulis, Gending Sawunggaling adalah gending soran, sehingga penulis bertujuan untuk menyajikan Gending Sawunggaling dalam bentuk lirihan dan berfokus pada pembahasan garap ricikan gender barung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis yang mencakup analisis padhang ulihan dan pathet Gending Sawunggaling. Analisis garap Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima dilakukan menurut penafsiran penulis yang telah didiskusikan dengan narasumber. Setelah melakukan proses penafsiran cengkok gender terhadap notasi balungan Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima penulis menyimpulkan, bahwa garap gending tersebut terdapat sejumlah 15 cengkok genderan yang diterapkan. Adapun rinciannya, yaitu dualolo ageng, dualolo alit, rambatan, kuthuk kuning kempyung, jarik kawung, ora butuh, ela-elo, kuthuk kuning gembyang, tumurun ageng, nduduk alit, tuturan, puthut gelut, debyang-debyung, yo bapak, dan gantungan. Berpijak pada jenisnya, yaitu cengkok umum, cengkok khusus, cengkok tuturan, dan cengkok gantungan.
Garap Ricikan Gender Barung Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda
Gending Sawunggaling is a gending found in Yogyakarta style karawitan and is classified as a gending tengahan. According to the author, Gending Sawunggaling is a gending soran , so the author aims to present Gending Sawunggaling in lirihan form and focuses on the discussion of the ricikan gender barung. The approach used in this research is a qualitative approach with descriptive analysis method that includes analysis of padhang ulihan and pathet of Gending Sawunggaling. The analysis of garap Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima is done according to the author's interpretation that has been discussed with the sources. After interpreting the cengkok gender on the notes of Gending Sawunggaling Laras Pelog Pathet Lima, the author concludes that there are 15 cengkok genderan applied in the performance. The details are dualolo ageng, dualolo alit, rambatan, kuthuk kuning kempyung, jarik kawung, ora butuh, ela-elo, kuthuk kuning gembyang, tumurun ageng, nduduk alit, tuturan, puthut gelut, debyang-debyung, yo bapak, and gantungan. Based on the type, there are general cengkok, special cengkok, cengkok tuturan, and cengkok gantungan
Full Text:
PDFReferences
Karahinan, R. B. W. (1991). Gendhing-Gendhing Mataraman Gaya Yogyakarta Dan Cara Menabuh. K.H.P. Kridha Mardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Martopangrawit. (1975). Pengetahuan Karawitan I. ASKI Surakarta.
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Sosodoro, B. (2013). Karawitan Karaton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran Pasca Perjanjian Giyanti. Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran Dan Kajian Tentang Bunyi, 13.
Supanggah, R. (2002). Bothekan Karawitan I. Ford Foundation & Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Article Metrics
Abstract view : 123 timesPDF - 105 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
___________________________________________________________
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan
ISSN 1411-6472
Published by Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Website: https://journal.isi.ac.id/index.php/IDEA