WHISTLING-AN: PERANCANGAN SULING BARU SEBAGAI MEDIUM KARYA KOMPOSISI KARAWITAN
Abstract
Whistling-an merupakan karya yang terwujud karena keresahan penulis dalam membuat karya komposisi musik dengan medium suling yang kadang kala menemukan masalah ketika menggunakan suling karawitan. Masalah yang dialami penulis saat menggunakan suling karawitan dalam karya komposisi musik diantaranya adalah keterbatasan rentang nada karena suling pada tradisi karawitan umumya memiliki rentang nada yang terbatas. Teknik permainan suling karawitan terkadang terbatas pada pola-pola tradisi. Hal ini dapat membatasi ekspresi musikal yang diinginkan dalam komposisi. Masalah selanjutnya yaitu perihal karakter bunyi dari suling karawitan yang kadang kurang memenuhi kebutuhan musikal dari karya komposisi musik yang diciptakan. Untuk mengatasi masalahmasalah tersebut penulis melakukan beberapa hal diantaranya yaitu membuat suling baru dengan melakukan perekayasaan untuk menjangkau nada-nada yang diinginkan, memberikan inovasi pada teknik permainan suling serta melakukan eksplorasi bunyi agar dapat mencapai pola dan ekspresi musikal yang dibutuhkan pada karya-karya komposisi. Pengalaman empiris digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, karena penulis terjun langsung dalam dunia pembuatan suling maupun memainkannya, maka perihal pembuatan suling penulis dihadapkan dengan medium penelitian secara langsung. Metode penelitian yang digunakan adalah Practice as Researtch through Performance (Praktik sebagai Penelitian melalui Pertunjukan). Metode ini merupakan langkah praktik yang dilakukan untuk mendapatkan data terbaik tentang karya yang akan diciptakan (Kershaw, 2009). Membuat suling baru dari hasil rekayasa dapat dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi serta eksperimen. Percobaan yang dilakukan anatara lain yaitu mengubah bentuk lubang tiup, percobaan pada panjang dan diameter suling, memindah lubang nada, menambah maupun mengurangi lubang nada, mengubah teknik membunyikannya, memasukan kaidah dari suling di luar tradisi karawitan serta melakukan eksplorasi bunyi. Rekayasa yang dilakukan berdampak pada teknik, nada dan karakteristik bunyi yang dihasilkan oleh suling baru tersebut. Menurut penulis Whistling-an lebih cocok disajikan secara instrumental, karena lebih fokus kepada bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh suling bambu. Dukungan tata panggung yang bertema alam serta dipadukan oleh properti berbahan dasar bambu maupun kayu digunakan untuk mengemas karya ini. Pada penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: Pengetahuan tentang pembuatan serta rekayasa pada suling bambu menjadi rujukan para peneliti selanjutnya apabila ingin membuat inovasi baru untuk tujuan pengayaan instrumen musik. Diharapkan nantinya ditemukan teori khusus untuk membahas permasalahan tersebut. Dari penelitian ini diharapkan para seniman dapat mencari peluang dan menyempurnakannya.
WHISTLING-AN: DESIGNING A NEW FLUTE AS A MEDIUM FOR KARAWITAN COMPOSITION WORK
The work "Whistling-an" emerged from the writer's concern in creating music using the karawitan flute. The flute in this tradition faces issues such as limited pitch range and being confined to traditional patterns, hindering expression in composition. Additionally, the sound character of the karawitan flute often doesn't align with the musical needs of the composition. The writer found a solution through various steps. They crafted a new flute through engineering, achieving the desired pitches. Exploration of playing techniques and sounds ensued, involving altering the shape of the blowing hole, the length, diameter of the flute, and adjusting the number of holes. The research heavily drew from the writer's firsthand experience in crafting and using the flute. The research methodology employed was Practice as Research through Performance. The writer adopted an experimental approach by modifying different aspects of the flute. This engineering impacted the technique, pitch, and sound characteristics of the new flute. The piece is better suited for instrumental presentation, focusing on the tones of the bamboo flute. The use of a nature-themed stage setup with bamboo and wood props supports the piece. This research encourages subsequent researchers to innovate in bamboo flute instrumentations. It is hoped that a specialized theory will emerge to address this issue. May this research inspire artists for further exploration.
Full Text:
PDFReferences
Kershaw, B. (2009). Practice as Research through Performance (hal. 105–125). Edinburg University Press.
Marsudi. (2022). Metode Pembelajaran Suling Laras Slendro Gaya Yogyakarta. Resital, 23(1), 39–50.
Pudjasworo, B., Prasetya, H. B., & Senen, I Wayan, Rokhani, Umilia, Y. (2017). Karya Cipta Seni Pertunjukan. http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/5386
Purnomo, T. W., & Aulia, S. M. (2020). Kajian Organologi Alat Musik Saluang Pauh Buatan Zulmasdi di Kota Padang. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 4(1),28–37.
Sina, I. (2012). SALUANG SIROMPAK: ALAT MUSIK TIUP TRADISIONAL DI MINANGKABAU TERISOLASI. Ekspresi Seni, 14(2). https://doi.org/10.26887/ekse.v14i2.196
Suharta, I. W. (2019). Jenis Dan Teknik Membuat Instrumen Suling Dalam Seni Karawitan Bali. Mudra Jurnal Seni Budaya, 34(3). https://doi.org/10.31091/mudra.v34i3.794
Yasa, I. K. (2018). Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar. Panggung, 28(1). https://doi.org/10.26742/panggung.v28i1.482
A. Sumber Lisan
Fuad Firdaus, alumni Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pengrajin alat musik etnik sekaligus pemilik dari “Tabubu Ethnic Music”; Saman, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
A. Webtografi
https://www.flutopedia.com/flute_classification.htm
Article Metrics
Abstract view : 84 timesPDF - 373 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
___________________________________________________________
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan
ISSN 1411-6472
Published by Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Website: https://journal.isi.ac.id/index.php/IDEA