Estetika Tari Burung Enggang Khas Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur
Abstract
Tulisan ini membahas estetika Tari Burung Enggang khas Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang adalah tarian yang diciptakan untuk memuja nenek moyang yang berasal dari langit dan turun menyerupai Burung Enggang. Fungsi dari tari Burung Enggang awalnya sebagai tarian upacara dan tarian sakral, tetapi sekarang sebagai tarian hiburan. Penelitian ini menggunakan landasan pemikiran Djelantik, dengan pendekatan estetika dan analisis deskriptif analisis. Teori ini mengupas tentang kehidupan dan estetika dalam suku Dayak Kenyah dan tari Burung Enggang. Penelitian ini menggunakan konsep Djelantik yang menyebutkan ada tiga faktor munculnya estetika, wujud atau rupa, bobot atau isi, dan penampilan atau penyajian. Dari tiga faktor tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga terciptanya sebuah tarian yang memiliki estetika. Faktor tersebut juga membentuk satu tarian yang nantinya akan memunculkan estetika atau keindahan baik dari segi gerakan, busana tari, properti yang digunakan, dan alat musik untuk mengiringi tari Burung Enggang. Estetika yang terdapat di dalam tari Burung Enggang yaitu gerak tarian yang sederhana tapi masih bisa dinikmati, busana tari yang khas dengan manik-manik, motif, dan warna yang terdapat di busananya, penggunaan properti kirip menambah keindahan dari tari Burung Enggang, dan iringan musik untuk memunculkan suasana gembira.
The Aesthetics of the Enggang Dance of the Dayak Kenyah Tribe in East Kalimantan
This study explores the aesthetics of the Enggang Dance of the Dayak Kenyah Tribe in East Kalimantan. The Enggang Dance was created as a homage to ancestors believed to descend from the heavens and were embodied as hornbills. Initially, the Enggang Dance served as a ceremonial and sacred ritual; however, it has now transitioned into entertainment. The research employs Djelantik's theoretical framework, adopting an aesthetic approach and descriptive analysis. This theory delves into the life and aesthetics of the Dayak Kenyah tribe and the Enggang Dance. Djelantik's concept highlights three key factors that constitute aesthetics: form or appearance, content or essence, and presentation or performance. These three factors are interdependent, collectively shaping a dance with aesthetic value. These elements manifest in the dance movements, costumes, props, and musical accompaniment. The aesthetic appeal of the Enggang Dance lies in its simplicity, yet it remains enjoyable. The costumes are distinctive, adorned with intricate beadwork, motifs, and vibrant colours. Using the kirip prop enhances the visual appeal, while the accompanying music fosters a cheerful atmosphere.Full Text:
PDFReferences
Coomans, M. (1987). Manusia Dayak: Dahulu, sekarang, masa depan. Jakarta: PT Gramedia.
Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika: Sebuah pengantar. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Restina, A. (2017). Pembelajaran seni tari di Indonesia dan mancanegara. Malang: UMM Press.
Roni, W., & Pai, I. (2022). Apau Kayan dalam potret pastoral. Samarinda: Nomaden Institute.
Article Metrics
Abstract view : 29 timesPDF - 27 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
___________________________________________________________
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan
ISSN 1411-6472
Published by Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Website: https://journal.isi.ac.id/index.php/IDEA