Garap Ricikan Rebab Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda
Abstract
Skripsi dengan judul “Garap Rebab Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda” membahas mengenai tafsir garap rebab pada gending yang terkait. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian untuk mencari kemungkinan pengembangan dengan gending yang tadinya disajikan dengan garap soran menjadi sajian gending dengan garap lirihan. Kemudian penulis menggunakan pola garap kendhangan ciblon yang sebelumnya gending berlaras pelog pathet lima belum pernah ditemukan dengan garap kendhangan ciblon pada bagian dhawah.Sebelum proses penggarapan penulis mencari referensi melalui jurnal “Garap Rebab Gending Laras Pelog Pathet Lima”. Proses penggarapan yang dilakukan adalah menafsir ambah-ambahan balungan gending, menafsir pathet, menafsir rebaban. Penulis juga berperan sebagai penyaji memainkan ricikan rebab sebagai pamurba lagu pada gending ini.Setelah dilakukan penelitian, ambah-ambahan, pathet Gending Jatipurno sangat bervariasi, Gending Jatipurno merupakan gending berlaras pelog pathet lima.Terdapat banyak gending dalam karawitan gaya Yogyakarta, salah satunya Gending Jatipurno Laras Pelog PathetLimaKendhanganSarayuda yang penulis tarik kesimpulan dari beberapa pendapat narasumber Gending Jatipurno bukan termasuk gending srambahan atau tidak populer dikalangan masyarakat. Proses Penggarapan yang dilakukan tidak lepas dari teori-teori karawitan dari peneliti terdahulu. gending merupakan bahan atau sarana garap dan penggarap merupakan penentu garap. Dalam buku Bothekan Karawitan II: Garap, tulisan Rahayu Supanggah dijelaskan bahwa “garap adalah kreativitas dalam (kesenian) tradisi. Terwujudnya naskah skripsi ini menandakan bahwa penulis telah berhasil menafsir rebaban Gending Jatipurno Laras PelogPathetLimaKendhanganSarayuda berdasarkan hasil tafsir ambah-ambahan, tafsir padhang ulihan dan tafsir pathet. Tafsir garap rebab yang ada pada penelitian ini merupakan salah satu hasil tafsir, sehingga dapat terjadi tafsir lain dari penggarap lainnya.
(Working on the Rebab Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda)
The thesis with the title "Working on the Rebab Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda" discusses the interpretation of working on the fiddle on related pieces. In this case the author conducted research to look for the possibility of developing a piece of music that was previously presented by working on soran to become a piece of music by working on songs. Then the author uses the pattern of working on the ciblon kendhangan, which previously had never been found with pelog pathet five-barreled gending by working on the ciblon kendhangan in the dhawah section. Prior to the cultivation process the author looked for references through the journal "Working on Rebab Gending Laras Pelog Pathet Lima". The process of cultivation that is carried out is interpreting the balungan musical additions, interpreting pathet, interpreting rebaban. The author also plays the role of presenter playing the fiddle ricikan as pamurba of the song in this piece. After doing research, the pathet of Gending Jatipurno is very varied, Gending Jatipurno is a five-barreled pelog song. There are many pieces in Yogyakarta style karawitan, one of which is Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda, which the author draws conclusions from several sources' opinions. Gending Jatipurno is not a srambahan piece or is not popular among the public. The cultivation process carried out cannot be separated from karawitan theories from previous researchers. music is the material or means of cultivation and the cultivator is the determinant of the work. In the book Bothekan Karawitan II: Garap, written by Rahayu Supanggah, it is explained that "working is creativity in (art) traditions. The realization of this thesis manuscript indicates that the author has succeeded in interpreting the Gending Jatipurno Laras Pelog Pathet Lima Kendhangan Sarayuda rebaban based on the results of the ambah-ambahan interpretations, the padhang ulihan interpretations and the pathet interpretations. The interpretation of working on the rebab in this study is one of the results of the interpretation, so that other interpretations can occur from other cultivators.
Full Text:
PDFReferences
Djumadi. (1982). Tuntunan Belajar Rebab. SMKI Surakarta.
Hastanto, S. (2009). Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa (S. Nugroho (ed.); cetakan pe). ISI Press Surakarta.
Karahinan, W. (1991). gendhing-gendhing gaya Yogyakarta (Cetakan pe).
Martopangrawit. (1975). Pengetahuan Karawitan I. ASKI Surakarta.
Supanggah, R. (2009a). Bothekan Karawitan I (Waridi (ed.); Cetakan ke). ISI Press Surakarta.
Supanggah, R. (2009b). Bothekan Karawitan II: Garap (Waridi (ed.); Cetakan ke). ISI Press Surakarta.
Teguh. (2020). MANUHARA PERSPEKTIP STRUKTUR, GARAP, DAN FUNGSI. ISI Yogyakarta.
Yogyawitan Media. (2018). TA SMKI Karawitan 2009 - Gending Jati Purna - YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=hk6modALvT8
Yuana, I. R. W. (2019). Pelarasan Nada Rebab Laras Pelog Pathet Lima. ISI Yogyakarta.
Article Metrics
Abstract view : 112 timesPDF - 140 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
___________________________________________________________
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan
ISSN 1411-6472
Published by Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Website: https://journal.isi.ac.id/index.php/IDEA