Seni Rupa ‘Biasa-Biasa Saja’ Karya Herman ‘Beng’ Handoko
Abstract
Artikel yang mengambil judul “Seni Rupa ‘Biasa-Biasa Saja’ Karya Herman ‘Beng’ Handoko” ini bertujuan memahami kreativitas dan menginterpretasi estetika seni rupa karya Herman ‘Beng’ Handoko atau yang sering dipanggil Beng Herman. Artikel penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memahami proses kreatif Beng Herman menggunakan teori Deteritorialisasi dari Gilles Deleuze, dan memahami estetika karya Beng Herman dengan pendekatan estetika dari Clive Bell, yang menginformasikan seni sebagai pengalaman pribadi yang mengadirkan bentuk bemakna (significant form). Penelitian ini menghasilkan temuan berupa: pertama, seni rupa karya Beng Herman hadir dari sebuah rutinitas berolah rasa dan berfikir yang membebaskan dirinya dari batasan-batasan di luar dirinya yang penuh pembatasan sehingga karyanya hadir dari perasaan murni dari dalam dirinya. Pembebasan tersebut menjadikan rutinitas kegiatan berolah seni menjadi kegiatan ‘biasa-biasa saja’ bagi Beng Herman, yang semuanya direspon menjadi sebuah hasrat untuk menghasilkan karya estetis yang luar biasa terkait sebuah kedalaman proses individu yang menampilkan kejujuran tanpa penghakiman terhadap individu-individu lain. Mengapresiasi karya Beng Herman adalah pembelajaran dalam menghargai eksistensi individu, yang sekarang sering tidak dilihat oleh beberapa pemerhati seni karena kecenderungan terpesona oleh eksistensi estetika pasar. Kedua, estetika karya Beng Herman hadir dari susunan kesatuan garis maupun bidang yang dikoordinasi secara bebas, yang kadang tampak pengulangan-pengulangan yang menampilkan irama dinamis. Garis yang diulang-ulang sedemikian rupa, atau kadang hanya bidang-bidang geometris pada kertas koran, atau kertas apapun yang sudah terpakai dengan menggunakan tinta hitam, bolpoint, spidol warna hitam, merah, menyadarkan kita akan sebuah bentuk elementer dan suatu kesederhanaan tentang hidup dan kehidupan yang semua orang mengalami. Suatu hal biasa yang menjadi luar biasa adalah ketika sesuatu hal tersebut menjadi pengalaman pribadi yang dalam dan menghadirkan kemungkinan-kemungkinan serta makna beragam sesuai pengalaman estetik masing-masing individu.
Full Text:
PDFReferences
Buku
Ali, Matius. 2009. Estetika Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. Tangerang: Sanggar Luxor, cetakan ke-2.
Hujatnikajennong, Agung. 2014. “Tentang Sejarah Kekuratoran Seni Rupa di Indonesia: Sebuah Proposisi”, dalam Nindityo Adipurnomo, Mella Jaarsma, Agung Kurniawan, ed. Turning Targets 25 Tahun Cemeti. Yogyakarta: Cemeti.
Sahman, Humar. 1993. Mengenal Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Zamroni, 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Makalah, Prosiding
Haryatmoko, 2014. “Seni, Kreativitas, dan Deteritorialisasi”. (Prosiding Seminar Nasional Festival Kesenian Indonesia Ke-8, Spirit of the Future: Art of Humanizing). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Laman
Ardhi, Bonyong Munny, “Psico Distanc Psychologically Distance”. 2010. http://museumdantanahliat.com/web/past-events/view/black-hole-sun-herman-beng-handoko/ (Diakses pada Senin, 16 Februari 2015, pukul 14.15).
Djatiprambudi, Djuli, “Ritual Beng”. 2010. http://museumdantanahliat.com/web/past-events/view/black-hole-sun-herman-beng-handoko/ (Diakses pada Senin, 16 Februari 2015, pukul 14.15).
Hari, Prayitno, “Sekapur Sirih Untuk Saudara Benk”. 2010. http://museumdantanahliat.com/web/past-events/view/black-hole-sun-herman-beng-handoko/ (Diakses pada Senin, 16 Februari 2015, pukul 14.15).
Yoyok, “Black Hole Sun”. 2010. http://museumdantanahliat.com/web/past-events/view/black-hole-sun-herman-beng-handoko/ (Diakses pada Senin, 16 Februari 2015, pukul 14.15).
Ngasiran, Riyadi, “Rialitas Imagi dari Gagasan yang Tak Sederhana”, 2010. http://museumdantanahliat.com/web/past-events/view/black-hole-sun-herman-beng-handoko/ (Diakses pada Senin, 16 Februari 2015, pukul 14.15).
Herman, Beng. 2015. https://www.facebook.com/beng.herman.9/about (Diakses pada Selasa, 17 Februari 2015, pukul 15.45).
Informan
Herman Handoko (62 tahun), Perupa Kontemporer Surabaya Indonesia
DOI: https://doi.org/10.24821/jocia.v1i1.1729
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
ISSN 2442-3394 (media cetak) || ISSN 2442-3637 (media online)