TINTA HIJAU: Koreografi tentang Stigma Negatif Masyarakat Tulungagung terhadap Perempuan di Warung Kopi Cethe
Abstract
RINGKASAN
Tinta Hijau merupakan karya tari yang hadir untuk merespons realita kehidupan mengenai stigma masyarakat Tulungagung terhadap perempuan di warung kopi cethe. Berlakunya budaya patriarki pada masyarakat pada umumnya, memberikan stigma buruk terhadap kehadiran perempuan di warung kopi cethe. Stigma masyarakat tentang keberadaan perempuan di warung kopi cethe dapat membelenggu kebebasan perempuan dan melanggar hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh perempuan. Penyebabnya masih klasik, karena ranah perempuan masih dianggap ada di wilayah domestik, sehingga ketidakadilan gender masih ada.
ABSTRACT Tinta Hijau
is a dance work choreographed to respond to the reality of life on the stigma of the public of Tulungagung against women in the coffee shop cethe. The development of the culture patriarchy that occurs in the scope of the coffe shop cethe give the stigma of bad against the presence of woman. The stigma of the community about the existence of the women in the coffee shop cethe can shackles freedom of women and breaks the women rights. The cause was a conservative believe, that the realm of woman was limited to the domestic work. In addition, in Indonesia, law enforcement has been weak and gender inequity is still there.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
DAFTAR SUMBER ACUAN
A. Sumber Tercetak
Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan
Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, Matius. 2009. Estetika Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan, Tangerang: Sanggar Luxor.
Alimi, Moh. Yasir. 2005. ”Tidak Hanya Gender, Seks Juga Konstruksi Sosial”Jurnal Perempuan No.41Carol M. Press 1992. The Integration of Process and Craft in the Teaching of Modern Choreography: A Historical Overview.
Damono, Sapardi Djoko. 2018. Alih Wahana, Jakarta: IKAPI.
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung, 2011. Seri Mengenal Benda Cagar Budaya di Tulungagung.
Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender Transformasi Sosial, Yogyakarta: INSIST Press.
Hadi, Y. Sumandyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: eLKAPHI.
Hamdan, Doni dan Santani, Aries. 2018. Coffee, Jakarta: PT. Agra Media Pustaka.
Hawkins, Alma M. 1990. Creating Through Dance terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. 2003. Mencipta Lewat Tari.Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Hawkins, Alma M. 1991. Moving From Withinterjemahan I Wayan Dibia. 2003.Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Hersapandi. 2015. Ekspresi Seni Tradisi dalam Perspektif Transformasi Sosial Budaya, Yogyakarta: BP. ISI Yogyakarta.Insist, “Kretek Sebagai Warisan Budaya”, Yogyakarta: Jurnal Transformasi Sosial Wacana No.34 (2014)
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Soesono, Nuri. 2011. ”Kewarganegaraan dan Problema Perempuan di Indonesia di antara Persamaan, Perbedaan dan Pemeliharaan”. Jurnal Studi Politk No.2
Schweisshelm, Erwin. 2009. ”Kesempatan yang Lebih Baik dari Kesetaraan”. Jurnal Sosial Demokrasi Edisi 6
Smith, Jaqueline. 1976. Composition A Practical Guide for Teachers. London: A & Black. Terjemahan Ben Suharto. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti.
Sumardjo, Jakob. 2010. Estetika Paradoks, STSI Bandung: Sunan Ambu Press.
Susilantini, Endah dan Suyami. 2016. Nyeret Bagi Orang Jawa (Kajian Serat Erangerang). Yogyakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Turner, Jack. 2011. Sejarah Rempah, Depok: Komunitas Bambu.
B. Narasumber
Aditya Krisna. 40. Seniman lukis cethe Tulungagung.
Agil Pujantoko. 29. Pecinta dan pelaku kopi cethe Tulungagung.
Bimo Wijayanto. 53. Seniman Tari (UPT TB2KS DISDIKPORA Tulungagung).
Candra Boy. 29. Seniman Tari dan Teater Tulungagung.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v22i2.11278
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats