BENTUK PENYAJIAN BEKSAN AJI SAKA YASAN SRI SULTAN HB KA-10 PADA UYON-UYON HADILUHUNG 1 FEBRUARI 2021 DI KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT
Abstract
ABSTRAK
Beksan Ajisaka merupakan salah satu tarian Keraton Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Bawono Ka-10 yang terilhami dari Serat Ajisaka. Serat tersebut merupakan pemaknaan dari aksara Jawa yang berisi ajaran luhur kehidupan manusia di dunia, yakni tindakan hubungan antar sesama manusia dan hubungan manusia kepada Tuhan. Penciptaan Beksan Ajisaka mengalami proses intermedialitas yang berawal dari Serat Ajisaka kemudian menjadi sebuah wujud sajian karya tari. Pijakan garap Beksan Ajisaka adalah tari klasik gaya Yogyakarta, yang dikembangkan dari konsep beksan sekawanan (4 orang), namun dibawakan dua pasang sehingga menjadi delapan orang sebagai Wadya. Ditambah dengan dua orang penari sebagai tokoh Ajisaka sehingga keseluruhan penari berjumlah sepuluh orang. Sepuluh orang penari Beksan Ajisaka merepresentasikan tahta Sri Sultan Hamengku Bawono Ka-10. Beksan Ajisaka yang disajikan dalam acara Uyon-Uyon Hadiluhung tanggal 1 Februari 2021 bertempat di Kagungan Dalem Bangsal Manis Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdurasi kurang lebih 50 menit. Penyajian Beksan Ajisaka ini merupakan sajian yang paling utuh dan lengkap, karena pada perjalanan selanjutnya ada pemangkasan durasi pertunjukan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tekstual untuk menganalisis bentuk penyajian dan makna yang terkandung dalam Beksan Ajisaka.
ABSTRACT
Beksan Ajisaka is one of the dances of the Yogyakarta Palace created by Sri Sultan Hamengku Bawono Ka-10 which was inspired by Serat Ajisaka. The fiber is the meaning of the Javanese script which contains the noble teachings of human life in theworld, namely the act of relationship between fellow humans and human relationships with God. The creation of Beksan Ajisaka experienced an intermediacy process starting from Serat Ajisaka which later became a form of presentation of dance works. The footing of Beksan Ajisaka is a Yogyakarta-style classical dance, which was developed from the concept of a flock of people (4 people), but performed by two pairs so that it became eight people as Wadya. Coupled with two dancers as Ajisaka figures, the total number is ten people. Ten Beksan Ajisaka dancers represent the throne of Sri Sultan Hamengku Bawono Ka- 10.Beksan Ajisaka is a dance presentation with the concept of bedhayan by adapting some of the essence of the Yogyakarta style bedhaya 9 dance concept with different visual development and meaning. In the presentation, Beksan Ajisaka packaged the development of the existing Yogyakarta style tradition such as dance movements, floor patterns, accompaniment, clothing, and the form of the presentation. The form of dance movements, floor patterns, accompaniment and clothing are symbolic messages of the Sultan that will be conveyed through the form of presentation of Beksan Ajisaka.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Kepustakaan
Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks
dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Kuswarsantyo. 2023. "Intermedialitas dan
Makna Beksan Ajisaka Karya Sri Sultan
Hamengku Bawono Ka-10". Pidato
pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Pengkajian Seni Tari. Fakultas Bahasa,
Seni, dan Budaya. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Maharsiwara, Sunaryadi. 2007. Dwi Naga
Rasa Tunggal, Dari Sengkalan Memet Ke
Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Pondok
Edukasi.
Meri, La. 1986. Elemen-Elemen Dasar
Koreografi Tari. Terj. Soedarsono.
Yogyakarta. Lagaligo.
Sumaryono. 2011. Antropologi Tari dalam
Prespektif Indonesia, Yogyakarta: Badan
Penerbit ISI Yogyakarta
Informan
Kuswarsantyo.2025 dosen pengajar Fakultas
Bahasa Seni Budaya Universitas Negri
Yogyakarta , abdi dalem di KHP
Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v24i2.17922
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats
