Transformasi Upacara Belian Ke Dalam Tari Gitang Paser

Jumiati Jumiati

Abstract


Upacara Belian merupakan ritual pengobatan, membayar hutang, dan pembersihan kampung yang terdapat di Kabupaten Paser. Upacara Belian ini dilatar belakangi oleh sistem kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib. Inti upacara Belian berupa gerak-gerak dan mantra-mantar. Gerak yang dihadiran pada upacara Belian ini menimbulkan inspirasi bagi seorang seniman bernama Irusmiati untuk mentransformasikan upacara Belian menjadi tari Gitang Paser.
Gerak dalam tari Gitang ini terinspirasi dari dua motif gerak yang dilakukan oleh Mulung yaitu perambut (gerak lambat), kerkesek (gerak cepat) serta bunyi gitang. Kedua unsur ini dikembangkan dalam irama, ritme dan penggunaan tenaga sehingga menjadikannya lebih dinamis
Untuk mengtahui aspek apa saja yang bertransformasi pada upacara Belian ke dalam tari Gitang Paser maka peneliti menggunakan konsep yang dikemukaka n oleh Djoharnurani yang mengemukakan bahwa proses transfomasi dapat dilalui dalam tiga tahap yaitu; 1) tahap pemahaman dan penghayatan makna; 2) tahap resepsi; dan 3) tahap tindak resepsi. Pada butir pertama adalah pemahaman dan penghayatan makna terhadap nilai-nilai yang ditransformasikan. Butir kedua adalah resepsi yang berarti penerimaan memang salah satu aspek yang ada dalam proses transformasi. Kemudian pada aspek tindak resepsilah transformasi membawa rangsangan idesional atau gagasan untuk membuat suatu yang baru. Maka melalui dari tiga tahap ini lah hasil transformasi antara upacara Belian dan tari Gitang Paser dari aspek rasa, bentuk, dan makna masing-masing bisa berubah, masih nampak ataupun menjadi samar-samar.
Hasil analisis di atas menunjukkan adanya suatu perubahan bentuk penyajian, makna serta fungsi upacara Belian ke dalam tari Gitang. Hasil yang didapat memberikan nilai yang bersifat mengembangkan. Salah satu pengembangan yang dapat dilihat dari bentuk penyajian yaitu gerak, gerak pada upacara Belian lebih sederhana hanya menggunakan dua motif yaitu perambut dan kerkesek ketika berubah maka gerak tersebut lebih dinamis karena memiliki berbagai macam motif. Pengembangan yang terjadi pada bentuk penyajian memberikan dampak perubahan pula pada fungsi. Fungsi pada upacara lebih pada ritual pengobatan ketika berubah menjadi tari Gitang fungsi tersebut sebagai hiburan semata tanpa meninggalkan suasana magis. Ketika bentuk dan fungsi berubah mengakibatkan perubahan makna yang terjadi pada tari Gitang yaitu hilangnya kepercayaan masyarakat setempat terhadap upacara Belian. 

 

Belian ceremony is a ritual of treatment, debt repayment, and cleaning of villages located in Paser District. This Belian ceremony is based on a belief system of supernatural powers. The core of the Belian ceremony is in the form of movements and mantras. The movement attended at this Belian ceremony inspired an artist named Irusmiati to transform the Belian ceremony into a Gitang Paser dance. Motion in Gitang dance is inspired by two motive motifs performed by Mulung that is perambut (slow motion) kerkesek (fast motion) and the sound of gitang. It is developed in rhythm, rhythm and use of power making it more dynamic. To know what aspects are transformed at Belian ceremony into Gitang Paser dance then the researcher uses the concept proposed by Djoharnurani which shows that the process of transfomation can be passed in three stages that is 1) Stage of understanding and appreciation of meaning 2) the reception stage and 3) stage of action. In the first point is the understanding and appreciation of the meaning of values that are transformed. The second point is acceptance which means acceptance is one of the aspects that exist in the transformation process. Then on the aspect stage of action transformation brings about an ational stimulus or an idea to create a new one. So through these three stages is the result of the transformation between Belian ceremonies into Gitang Paser dance from the aspect of taste, form, and meaning of each can change, remain visible or become blurred. The results of the above analysis indicate a change in the form of presentation, meaning and function of Belian ceremony into Gitang dance. The results obtained provide a value that is developing. One of the developments that can be seen from the form of motion presentation, motion at Belian ceremony is simpler by using only two motifs that is perambut and kerkesek When changed the motion is more dynamic because it has a variety of motives. The development that occurs in the form of presentation gives effect to changes also on the function. The function at this ceremony is more on the treatment ritual when it transforms into a Gitang dance function as a mere entertainment without leaving the magical atmosphere. When the form and function change resulted in a change of meaning that occurred in Gitang dance that is the loss of local belief in Belian ceremony. 


Keywords


transformasi, mulung, gitang, belian.

Full Text:

PDF

References


A. Sumber Tercetak

Hadi, Y. Sumandiyo. 2014. Koreografi Bentuk Teknik Isi, Yogyakarta: B.P. ISI Yogyakarta.

Jaeni. 2013. Kajian Seni Pertunjukan Dalam Persepektif Komunikasi Seni, Bandung: IPB.

Jamil, Nizam. 1987. Upacara Tradisonal Belian Di Daerah Riau. Pekanbaru. Depdikbud.

Schechner, Richard. 2004. Performance Theory, New York and London: Routledge.

Sumaryono. 2003. Restorasi Seni & Transformasi Budaya. Yogyakarta: Elkaphi (Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia).

B. Nara Sumber

Aji jamil, 55 tahun, pemangku adat dalam upacara Belian

Nyemat, 60 tahun, Mulung atau dukun dalam upacara Belian.

Muhidin, 45 tahun, Kades di desa Lempesu Kab. Paser Noryah, 58 tahun, ahli syah atau ahli cerita

Irus, 27 tahun, koreografer tari Gitang.




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v8i2.1888

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats