Ondeh Marawa
Abstract
“Ondeh Marawa” merupakan judul karya tari ini. Ondeh berarti aduh, sedangkan Marawa merupakan nama bendera kebesaran Minangkabau yang dipinjam sebagai judul karya. Jadi, “Ondeh Marawa” berarti aduh Marawa. Kata aduh di sini memiliki banyak pengertian di antaranya: ungkapan rasa kagum terhadap sosok Marawa, bentuk kekesalan terhadap diri sendiri atas keterlambatan menyadari keberadaan Marawa, dan penekanan terhadap kata Marawa yang masih menjadi inspirasi karya hingga saat ini. Karya “Ondeh Marawa” menyampaikan beberapa hal yaitu bentuk visual dan gejolak hati yang dialami terhadap sosok bendera Marawa. Visualisasi bendera Marawa dipresentasikan melalui gerak tubuh dan busana penari. “Ondeh Marawa” juga merupakan bentuk ungkapan rasa terima kasih terhadap ibu pertiwi dan kedua orang tua yang telah melahirkan penata di tanah Minangkabau.
Gerak dasar dalam karya tari ini banyak terinspirasi oleh visual bendera saat tertiup angin. Kualitas gerak lembut sebagai penggambaran bendera saat tertiup hembusan angin yang lembut, dan kualitas gerak cepat atau enerjik saat tertiup angin kencang. Motif meliuk, vibrasi serta stakato yang dipadukan dengan beberapa gerak dasar Minangkabau menghasilkan beragam motif gerak baru yang memperkaya garapan ini. Selain itu, gejolak hati atau konflik batin yang dialami penata melengkapi dramatisasi yang dibangun dari awal hingga akhir tarian.
Karya tari “Ondeh Marawa” disajikan dalam garap koreografi kelompok besar, 14 penari dan 2 aktor, dengan format live music. Warna busana penari dibuat dalam tiga kelompok yaitu merah, kuning dan hitam sesuai dengan warna asli bendera Marawa. Komposisi tari menjadi semakin menarik karena adanya kompoisisi warna busana para penari.
“Ondeh Marawa” is the title of this dance. Ondeh means ‘aduh’ (Indonesian) which refers to a hyper expression to be said on something with both good and bad values, and Marawa is the name of Minangkabau’s official flag which is used to be the choreograph’s title. So, Ondeh Marawa refers to the expression like, “My, oh my, Marawa!”. The word ‘aduh’ (My, oh My!) can be meant to be admiration of Marawa, and it as well can be kind of self-regretful expression for being late to notice the existence of Marawa (when its important role starts to fade away in the era of modernization), and praise to the Marawa itself for inspiring many artworks until today. Ondeh Marawa dance work is the visual form and emotion of one’s inner-conflict upon Marawa. Marawa’s visualization is represented by the dancers’ bodies and dance costume. Ondeh Marawa is also appreciations to the motherland and choreographer’s parents who have given birth to and raised him up on the land of Minangkabau.
The essential movements of this dance work are mostly inspired by the visualization of the flag when it is blown by the wind. The smooth quality movement is representing the flag when it is blown by soft wind, while the energetic and high-speed quality movement is blown by gale. The movement pattern of curving, vibrating and staccato which are combined with some essential movements of Minangkabau traditional dance, create brand-new movement motives enriching this choreograph. Put aside of that, the inner-conflict which is gone through by the choreographer gives such dramatical nuance from the beginning until the end of the dance.
The Ondeh Marawa dance work is presented in big-group composition of choreography by 12 male dancers with live-music concept. The dance costumes are made into 3 groups of colour: red, yellow, and black based on the original colour of Marawa (flag). The dance composition becomes more attractive because of the different colours of the dance costume.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tercetak
Hadi, Y.Sumandiyo. 2011. Koreografi (Bentuk – Tehnik – Isi). Yogyakarta: Cipta Media
Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi. Yogyakarta: Cipta Media
Smith, Jacqueline. 1985. Dance Composition: A Practical Guide For Teacher atau Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasi.
B. Nara Sumber
Andra Suhermon, laki-laki 48 tahun yang merupakan seorang seniman dan pemilik Dekorasi pengantin “Pusako”.
Akhyar Makaf, M.Sn, laki-laki 27 tahun, Dosen Jurusan Teater ISI Surakarta.
Roci Marciano, M.Sn, laki-laki 29 tahun, Alumni Pascasarjana Teater ISI Yogyakarta.
Masna, S.Pd, 54 tahun, Guru Kesenian SMP yang merupakan Ibu kandung.
Nasarlan, 56 tahun, seorang petani yang merupakan Ayah penata.
Harry Syafmitha Syafmal, S.Sn, laki-laki 24 tahun, Mahasiswa Pascasarjana ISI Pd.Panjang
C. Webtografi
http://surau-tuo-institute- yogyakarta.blogspot.com/2011/12/ arti-warna-warna-marawa-menurut.html. Artikel ini diupload oleh Adlim Ayfazema pada Senin, 15 April 2013.
http://shop.alphaduo.web.id/content/22-marawa asal usul dan arti warna marawa bendera Minangkabau. Artikel ini diupload oleh Yhohanes Neoldy pada tanggal 23 Oktober 2013.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v8i2.1891
Article Metrics
Abstract view : 985 timesPDF - 784 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats