KOREOGRAFI GARONTO’ EANAN: VISUALISASI KERBAU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TORAJA

Robby Somba

Abstract


Garonto’ Eanan adalah karya tari yang terinspirasi tentang hewan kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja, terkhusus dalam upacara pemakaman Rambu Solo’. Kerbau merupakan hewan yang sangat penting bagi masyarakat Toraja untuk menandai status sosial seseorang. Dalam upacara Rambu Solo’ kerbau wajib dikurbankan untuk memberikan penghormatan terakhir serta menjadi bekal kubur dan harta bagi orang yang meninggal. Tema tari Garonto’ Eanan adalah kekuatan dan kebersamaan. Koreografi ini disajikan dengan pola large group composition, ditarikan tujuh penari laki-laki sebagai presentasi hewan kerbau, dan 12 penari Ma’badong. Gerak yang disajikan berpijak pada gerak tari tradisional Toraja, dikembangkan sesuai dengan ketubuhan penata tari. Karya tari Garonto’Eanan menyajikan tiga bagian. Bagian pertama menghadirkan satu penari laki-laki sebagai pengantar karya yang menyajikan bentuk gerak tradisional Toraja serta bentuk simbolis dari hewan Kerbau. Bagian kedua menyajikan hasil eksplorasi gerak terhadap makna dan nilai Kerbau dalam masyarakat Toraja. Bagian ketiga sekaligus bagian akhir dalam karya ini, memvisualisasikan suasana Rambu Solo’ dan gambaran Kerbau saat tengah beradu, digarap dalam pola garap duet. Bagian ini juga menghadirkan penari Ma’badong. Musik pengiring koreografi ini disajikan dalam format musik live. Rias Busana yang digunakan dalam tari “Garonto’ Eanan” yakni rias karakter, sedangkan desain kostum, baju tanpa lengan dan celana pendek.

 

Garonto’ Eanan is the title of traditional dance telling a story about buffalos in the Toraja community life, especially during the funeral ceremony Rambu Solo’. Buffalos are functioned to mark someone’s social status, making it as one of the most notable animals for the Toraja community. It is obligatory to make buffalos as one of the offerings for the ceremony Rambu Solo’. Buffalo offering aims to express the last admiration and tribute for the dead. The traditional dance Garonto’ Eanan recites power and togetherness as the themes. The choreography is performed by seven male dancers as the buffalo representation and twelve Ma’badong dancers by applying a large group composition pattern. Furthermore, the choreography was arranged by referring to the traditional dancing choreography of Toraja and developed according to the intention of choreographers. The traditional dance Garonto’ Eanan presents three segments. The first segment presents one male dancer performing the dance introduction. He presents traditional choreography of Toraja and portrays buffalos symbolically. The second segment presents the results of choreographic explorations in both meaning and values of buffalos for the Toraja community. The third or the last segment visualizes the atmosphere of Rambu Solo’ and illustrates fighting buffaloes performed by the dancers in pairs. The segment also presents Ma’badong dancers. Moreover, there is a live musical performance accompanying the dance performance. Meanwhile, the Garonto’ Eanan dancers apply the character makeup style; whereas for their costume, they wear a sleeveless shirt and short pants.


Keywords


Rambu Solo’, Kerbau, Toraja ; Rambu Solo’, Buffalo, Toraja

Full Text:

PDF

References


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981-1982. Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan.

Hadi, Y.Sumandiyo. 2011. Koreografi (Bentuk – Tehnik – Isi). Yogyakarta: Cipta Media.

______. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka.

Hawkins, Alma M. 1998. Creating Trought Dance. Terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. 2003. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthili.

Koentjaraningrat. (2010). Manusia dan Kebudayan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kussudiardja, Bagong. 2000. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press.

Marampa, A.T. 1983. Mengenal Toraja. Toraja: PT Sulo.

Martono, Hendro. 2010. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Cipta Media.

Martono, Hendro. 2012. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media.

Meri, La. 1975. Dance Composition: The Basic Elements. Terjemahkan Soedarsono. 1986. Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar. Yogyakarta: Lagaligo.

Paseru, Seno. 2004. Aluk To Dolo Toraja (Upacara Pemakaman Masa Kini

Masih Sakral). Salatiga: Widya Sari Press.

Pasubang Gereja Toraja, 1996. Aluk Rambu Solo’ (Upacara Kematian) dan Presepsi Kristen tentang Rambu Solo’. Tana Toraja: Percetakan Sulo Gereja Toraja.

Sande, J.S, 1986. Badong Sebagai Lirik Kematian Masyarakat Toraja, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.

Sarira. Y.A. 1996. Presepsi Orang Kristen Tentang Rambu Solo’. Rantepao:

Pusbang Gereja Toraja.

Smith, Jacqueline, 1976, Dance Composition A Practical Guide for Teacher, London: Lepus Books. Terjemahan Ben Suharto, 1985, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis bagi Guru, Yogyakarta: IKALASTI.

Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Suhamihardja, Suhadi. 1977. Adat Istiadat dan Kepercayaan Sulawesi Selatan. Bandung: Litera.

Tangdilintin, DR. HC. L.T. 1975. Upacara Pemakaman Adat Toraja, Tana

Toraja: Yayasan Lepongan Bulan Book Publisher.

Tangdilintin, DR. HC. L.T, 2014. Toraja dan Kebudayaannya. Sulawesi

Selatan: Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Sulawesi Selatan.

Arnold Souisa, 27 tahun, guru Bahasa dan Seni di SMK Tagari Rantepao, juga memiliki kedudukan dalam masyarakat sebagai Ketua Adat.

Muzakkir, Male Sau’ Puya, 2014. Karya Tugas Akhir Penciptaan Tari Pascasarjana berdurasi 50 menit.

Robby Somba, Tandirapasan, 2017. Karya Koreografi Mandiri berdurasi 12 menit.

Eko Suprianto, Cry Jailolo, 2012. Durasi Karya 57 menit, Kuala Lumpur Malaysia.




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v13i2.3592

Article Metrics

Abstract view : 857 times
PDF - 344 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats