KESENIAN BANGILUN SAMIGALUH : KAJIAN KEHADIRAN DAN PERUBAHAN BENTUK PENYAJIANNYA
Abstract
RINGKASAN
Penelitian dengan judul “Kesenian Bangilun Samigaluh Kajian Perubahan Bentuk Penyajiannya" ini menganalisis bentuk perubahan seni pertunjukan khususnya kesenian Bangilun. Mengapa “perubahan bentuk” perlu diteliti, sebab kesenian tari ini unik sekali koreografinya berbeda dengan tarian lainnya. Keunikan tarian ini terletak pada konsep dasar gerak tari yang didasarkan syairnya. Gerakan tari muncul setelah ada apa syair lagunya. Sesuai dengan fungsinya dahulu syair lagu yang disusun untuk kepentingan dakwah dan isinya ajaran hidup manusia telah lebih dulu ada dari pada gerak tarinya. Dalam penelitian ini ditemukan perubahan sistim dan bentuk sajian yang dijiwai dengan jiwa zaman sekarang di mana durasi waktu garapan antara 1 sampai 2 jam, sudah jarang ditampilkan 7-8 jam (semalam suntuk) seperti pada masa kehadiran di masa lalunya. Perbedaan zaman masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Samigaluh sekarang ini sudah berada di kategori masyarakat maju namun tetap menjunjung tinggi budaya gotong royong di pedesaan. Hal ini menjadi kekuatan budaya yang menempatkan kesenian Bangilun tetap pada seni tontonan dan seni tuntunan di tengah masyarakatnya. Di samping itu perubahan bentuk penyajiannya yang tetap unik adalah koreografi gerak tidak bisa lepas dari bentuk syair lagunya. Berubahnya koreografi geraknya sebatas panjang pendeknya lagu dan cara menyambungkannya, sehingga sampai saat ini belum pernah terjadi antara gerak dan musik berjalan sendiri, mereka masih saling ketergantungan.
ABSTRACT
The research with the title: "The Art of Bangilun Samigaluh, a Study of Changes in the Form of Presentation" is a study that analyzes the changing forms of performing arts, especially Bangilun art. Why "changes in form" need to be investigated, because this dance art is unique, the choreography is different from other dances. The uniqueness of this dance lies in on the basic concept of dance movements based on their poetry. Dance movements appear first because of what the lyrics of the song look like. In accordance with their function, the song lyrics that were composed for the benefit of da'wah and the contents of the teachings of human life have existed before the dance movements. In this study, it was found that the changes in the system and form of the dish were imbued with the spirit of today where the duration of cultivation was between 1 and 2 hours, it was rarely shown 7-8 hours (all night) as in the past. The difference in the times of the supporting community is that the Samigaluh community is now in the category of advanced society but still upholds the culture of gotong royong in rural areas. This has become a strong cultural force that places Bangilin art in the art of spectacle and art of guidance among its people. Besides that, the change in the form of presentation that remains unique is that the motion choreography cannot be separated from the form of the song's lyrics. The changes in the choreography of the movement are limited to the length of the song and the way to connect it, so that until now it has never happened between motion and music that runs alone, they are still interdependent
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Burger, D.H. 1983, Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa, Terjemahan Dewan Redaksi, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York : Basic Books. Goode, William J.
Hersapandi. 1991 “Wayang Wong Sriwedari : Suatu Perjalanan Dari Seni IstanaMenjadi Seni Komersial, 1901 – 1991.” Tesis untuk meraih derajat Sarjana S-2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2001. Pasang Surut Tari Klasik Gaya Yogyakarta, Pembentukan
Perkembangan Mobilitas. Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Ivanovich Agusta . 2003. (Makalah Metode Penelitian Kualitatif di Pusat Penelitian Sosial Ekonomi) Bogor.
Nin Bakti Sumanto (terj.). 1991. Klasik, Kitsch, Kontempoter: Sebuah Studi Tentang Seni Pertunjukan Jawa. (Lindsay, Jennifer.. Klasik, Kitsch or Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts), Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Saiffudin Anwar, 2005. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarta: Sinar Harapan.
Sedyawati Edi, 1984. Tari: Tinjauan Dari Berbagai Segi, Jakarta : Pustaka Jaya.
Soedarsono, R.M. 1979/1980. Beberapa Faktor Kemunduran Wayang Wong gaya Yogyakarta. Yogyakarta : ASTI.
Soedarsono, R.M. 1985. Pola Kehidupan Seni Pertunjukan Masyarakat Pedesaan. Dalam Djoko Suryo, R.M. Soedarsono, Djoko Soekiman. Gaya Hidup Masyarakat Jawa di Pedesaan : Pola Kehidupan Sosial – Ekonomi dan Budaya. Yogyakarta : Proyek Javanologi.
Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
B. Nara Sumber :
Budi Karman ketua paguyuban “Sedya Rukun” dan pelatih iringan Bangilun Plono Barat
Didik Nuryanto, 48 tahun, Kasi di Disparpora Kab. Temanggung
Puji Lestari, 42 tahun, Guru tari, pengurus Rintisan Desa Budaya dan aktivis kesenian di Gerbosari Samigaluh.
Sarjo, 72 tahun tokoh dan mantan Ketua Desa Budaya Pagerharjo Samigaluh
Subagyo 56 tahun, guru seni karawitan dan aktivis budaya di Samigaluh.
Subardi, 55 tahun, Dalang dan pengelola Desa Budaya Pagerharjo Samigaluh
Suroto, 70 tahun, tokoh dan budayawan desa Pagerharjo Samigaluh
Sri Lestari, 54 tahun pelatih Bangilun “Sedya Rukun” Plono Barat Pagerharjo Samigaluh.
Widhiharsini, 46 tahun, Guru dan aktivis seni di Samigaluh
Widayat, 38 tahun, Kepala Desa Pagerharjo Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo DIY.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i2.6347
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats