Mutusake: Interpretasi Putusnya Ekor Cicak dalam Sebuah Karya Musik Karawitan

Hendra Santosa, Ni Made Ayu Dwi Sattvitri, Ni Wayan Masyuni Sujayanthi

Abstract


Mutusake merupakan penggambaran fenomena putusnya ekor cicak yang masih dapat bergerak walaupun sudah terlepas dari badannya. Fenomena tersebut diinterpretasikan melalui sebuah karya karawitan bermedia gamelan Gender Wayang dan Selonding. Adapun permasalahan yang dibahas adalah bagaimana cara mengembangkan pola - pola gending Gender Wayang Cecek Megelut untuk membentuk pola yang baru. Karya ini menggunakan metode penciptaan yang dirancang oleh I Wayan Rai, S dengan enam tahapan yaitu modal pokok, kreatif, pemahaman budaya lokal, konsep, doa, dan proses mewujudkan karya seni. Hasil dan pembahasan, karya Mutusake terdiri dari empat bagian yaitu bagian pertama merupakan pengembangan dari gending Gender Wayang Cecek Megelut, bagian kedua pada karya ini menggambarkan gerak - gerik cicak, bagian ketiga yaitu penggambaran aksi gelut / kejar - kejaran yang dilakukan oleh cicak dan musuhnya dan bagian keempat, menggambarkan ekor cicak yang bergerak lincah walaupun sudah terlepas dari badannya. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu teknik - teknik permainan yang terdapat dalam karya ini dapat digunakan sebagai acuan untuk berkarya selanjutnya.

 Abstract

Mutusake: An Interpretation of the Breakup of the Lizard Tail in a Karawitan Musical Work. Mutusake describes a lizard tail breaking off, which can still move even though it has been separated from its body. This phenomenon is interpreted through this musical work using the gamelan Gender Wayang and gamelan Selonding. The problem that will be discussed is how to develop the patterns of gending Gender Wayang Cecek Megelut to form a new pattern. This work uses the creation method I Wayan Rai, S designed with six stages: essential capital, creativity, understanding of local culture, concepts, prayers, and the process of creating works of art. Accordingly, Mutusake consists of four parts. The first part develops motives from the traditional Gender Wayang piece Cecek Megelut. The second part of this work imitates the movements of lizards. The third part depicts the action of the struggle/chase - the pursuit carried out by the lizard and its enemies. The fourth part describes a lizard's tail that moves nimbly even though it has been separated from its body. The game techniques in this work can be used as a reference for further work.

Keywords: cecek megelut; gending; gender wayang; mutusake; selonding


Keywords


cecek megelut; gending; gender wayang; mutusake; selonding.

Full Text:

PDF

References


Adha, A. G. B. . M. F. (2019). Proses Komposisi Theme Song “A True Friend” Berdasarkan Komik H2O: Reborn An Epic Trilogy Phase 0.2 Chapter 11 Karya Sweta Kartika. Promusika, 7(1).

Adnyana, I. M. P. I. G. Y. H. S. (2019). Patra Dalung, Sebuah Komposisi Karawitan Bali Yang Lahir Dari Fenomena Sosial Di Desa Dalung. Kalangwan: Jurnal Seni Pertunjukan, 5(1), 61–67.

Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali di atas Panggung Sejarah. Badan Penerbit STIKOM Bali.

Bhumi, I. M. B. P. H. S. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(2), 99–105.

Chulsum, U., & Novia, W. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru. Kashiko Surabaya.

Dibia, I. W. (2017). Kotekan Dalam Musik Dan Kehidupan Bali. Bali Mangsi Foundation dan ISI Denpasar.

Dibia, I. W. (2020). Improvisasi Aksi Kreatif Spontan . Bali mangsi Foundation.

Hartini, N. P. (2017). Pertunjukan Gender Wayang Pada Pekan Seni Remaja Kota Denpasar, Kajian Bentuk, Estetika, Dan Makna. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 3(1), 48–57.

Hartini, N. P. (2021). Konsep Dualistis dalam Pertunjukan Gender Wayang pada Pekan Seni Remaja Kota Denpasar Tahun 2015. JOMSTI, Journal of Music Science, Technology, and Industry, 4(1), 37–49.

Mariyana, N. P. H. I. N. (2021). Gamelan Gender Wayang. Mahima Institut Indonesia.

Piliang, Y. A. (2019). Medan Kreativitas: Memahami Dunia Gagasan. Cantrik Pustaka.

S., I. W. R. (2021). Penciptaan Karya Seni Berbasis Kearifan Lokal Papua. Kerjasama ISBI Tanah Papua dengan Penerbit Aseni.

Widiana, I. W. P. (2019). Karakteristik Gamelan Selonding Bebandem Dan Selonding Tenganan“Studi Komparasi Intramusikal.” Mudra Jurnal Seni Budaya, 34(1), 61–72.

Wiryawan, G. Y., Divayana, D. G. H., & Pradnyana, G. A. (2019). Pengembangan Game Gamelan Gender Wayang Berbasis Virtual Reality. RESTI Rekayasa Sistem DanTeknologi Informasi Informasi, 3(3), 319–327.

Yasa, I. K. (2017). Aspek Musikologis Gêndér Wayang dalam Karawitan Bali. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 17(1), 46–59. https://doi.org/10.24821/resital.v17i1.1689

Yudha, I. N., Widiantara, P., Santosa, H., & Suartaya, K. (2020). Proses Penciptaan Komposisi Karawitan Kreasi Baru Paras Paros. 8(April), 1–13. https://doi.org/10.24821/promusika.v1i1.3607




DOI: https://doi.org/10.24821/promusika.v10i2.7486

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 PROMUSIKA: Jurnal Pengkajian, Penyajian, dan Penciptaan Musik



P-ISSN: 2338-039X (print) | E-ISSN: 2477-538X (online)