Representasi Terorisme dalam Dua Adegan Film Dilan 1990 dengan Analisis Semiotika John Fiske

Rizca Haqqu, Twin Agus Pramonojati

Abstract


Dilan 1990 merupakan film yang diangkat dari novel bertajuk Dilan: Dia adalah Dilanku 1990. Film tersebut bergenre romantis yang menjadi salah satu film fenomenal tahun 2018. Di balik kepopuleran film Dilan 1990, ternyata hal ini memunculkan polemik pada warga terkait adegan kekerasan dalam film. Salah satu wujud kekerasan yang ditampilkan adalah dalam bentuk aksi teror yang dilakukan oleh geng motor. Riset ini bertujuan untuk mengenali bagaimana bentuk-bentuk aksi teror yang ada dalam film Dilan 1990 dan hubungannya dengan definisi terorisme yang ada. Guna menggapai tujuan riset ini, penulis memakai pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika John Fiske bersumber pada tiga tingkatan, yakni tingkatan realitas, tingkatan representasi, dan tingkatan ideologi. Hasil riset menampilkan bahwa ada dua adegan dalam film Dilan 1990 yang dikategorikan sebagai adegan teror. Ciri pada tataran realitas ditunjukkan lewat kode penampilan, kostum, lingkungan, perilaku, cara berbicara, dan ekspresi. Pada tataran representasi ditunjukkan melalui kode kamera, musik, revisi, suara, narasi, kepribadian, aksi, dan konflik. Sementara itu, pada tataran ideologis, adegan teror dalam film Dilan 1990 merepresentasikan terorisme.

 

Dilan 1990 is a film based on a novel titled Dilan: Dia adalah Dilanku 1990.  The genre of the film is romantic and it became one of the phenomenal films in 2018. Behind the popularity of Dilan 1990 film, there was a polemic in the community regarding the violence scenes in the film.  One of violence scenes is an act of terror by a motorcycle gang.  This research aims to identify how the forms of the terror act in the film Dilan 1990 are related to the existing definition of terrorism. To achieve the objectives of this research, a qualitative approach was used along with John Fiske's semiotic analysis based on three levels, namely the level of reality, the level of representation, and the level of ideology. The results of the research showed that there are two scenes in the Dilan 1990 film which are categorized as terror scenes. Characteristics at the level of reality are shown through the code of appearance, costume, environment, behavior, way of speaking, and expression. At the representation level, it is shown through camera code, music, revision, sound, narration, personality, action, and conflict. While at  the ideological level, the terror scene in the 1990 film Dilan represents terrorism.


Keywords


Representation, Terrorism, Dilan 1990 Film, Semiotics

Full Text:

PDF

References


Ananda, S. B. W., & Pramonojati, T. A. (2020). Produksi Film Dokumenter: Menon. E-Proceeding of Management, Vol.7, No.1 April 2020 | Page 1841.

Asfar, M. (2003). Terorisme: Sebab, Perkembangan dan Kasus. Islām Lunak Islām radikal: Pesantren, Terorisme dan Bom Bali. PUSDEHAM dan JP Press.

Atika, T. (2015). Perkembangan Geng Motor sebagai Salah Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota Medan. Jurnal Pemberdayaan Komunitas.[Online], 14(2), 79–86.

Berger, A. A. (2000). Teknik-teknik Analisis Media. Terj. Setyo Budi HH Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya.

Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. PT Raja Grafindo Persada.

Fikri. (2012). SOSIOLOGI PENEGAKAN HUKUM DALAM. 10, 156–166.

Fiske, J. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Rajagrafindo Persada.

Hadisiwi, P., & Suminar, J. R. (2013). Konstruksi sosial anggota geng motor di kota bandung. Jurnal Kajian Komunikasi. https://doi.org/10.24198/jkk.vol1n1.1

Hall, S. (1997). Representation: Cultural representations and signifying practices (Vol. 2). Sage.

Haqqu, R. (2020). Era Baru Televisi dalam Pandangan Konvergensi Media. Rekam, 16(1), 15–20. https://doi.org/10.24821/rekam.v16i1.3721

Haqqu, R., Hastjarjo, S., & Slamet, Y. (2019). Teenagers’ Entertainment Satisfaction in Watching Talk Show Program through Youtube. Jurnal The Messenger, 11(1), 38. https://doi.org/10.26623/themessenger.v11i1.969

Irmayani, N. R. (2018). Fenomena kenakalan remaja pada aktivitas geng motor. Sosio Informa, Vol. 4, No, 401–417.

Khoiri, A. (2018). Pengamat Ungkap Rahasia Film “Dilan” Jadi Magnet Penonton. Cnnindonesia.Com. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180209162302-220-275096/pengamat-ungkap-rahasia-film-dilan-jadi-magnet-penonton

Kosala, J. C. G. (2018). Analisis Teknik Pergerakan Kamera Pada Film Bergenre Action Fast and Furious 7 Pada Film Bergenre Action Fast and Furious 7. Institut Seni Indonesia Surakarta.

Kusnawan. (2004). Komunikasi dan Penyiaran Islam: Mengembangkan Tabligh Melalui, Media cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital. PT Benang Merah Press.

Langga, F. H., Ahmad, H. A., & Mansoor, A. Z. (2020). Representasi Islami dalam animasi “Nussa” sebagai media pembelajaran untuk anak. Rekam, 16(2), 125–133. https://doi.org/10.24821/rekam.v16i2.3612

Marpaung, R. (2005). Terorisme, Definisi, Aksi, dan Regulasi. Imparsial.

Mascelli, J. V. (1965). The five C’s of cinematography. Grafic Publications.

Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan XXIX. In Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya.

Mubarak, Z. (2012). Fenomena Terorisme di Indonesia : 15, 240–254.

Natadjaja, S., & Limantara. (2005). Analisis Sudut Pandang Kamera (Studi kasus: Film Jelangkung dan film The Ring 1). Nirmala, 7(2), 152–160.

Purnomo, S. (2005). Karakteristik dan Fungsi Musik Film “Overtaken” dalam Film Serial Animasi One Piece. Universitas Negeri Yogyakarta.

Retnosasi, N. (2018). Analisis Lagu sebagai Pembentuk Unsur Naratif pada Film Musikal" Rena Asih". Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Rezi, M. (2018). Psikologi Komunikasi: Pembelajaran Konsep dan Terapan. Phoenix Publisher.

Sabarisman, I. B. S. B. M. A. S. T. N. S. M. (2017). Fenomena Geng Motor (Studi di beberapa Kota di Jawa Barat).

Sagita, V. A., & Amalijah, E. (2016). Ungkapan emosional marah dalam komik rurouni kenshin seri ke-2 karya nobuhiro watsuki. Parafrase: Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan, 16(01).

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. PT Balai Pustaka.

Selvira Meiseisar. (2001). Representasi Terorisme Dalam Film Java Heat. 4(2), 257–272.

Sendjaja, D. (2002). Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sobur, A. (2003). Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.

Subarkah, M. (2016). Apa Sih Makna Teror Itu? Republika.Co.Id. https://www.republika.co.id/berita/ogz6av385/apa-emsihem-makna-teror-itu

Sumarno, M. (1996). Dasar-dasar apresiasi film. Gramedia Pustaka Utama.

Vera, N. (2014). Semiotika dalam riset komunikasi. In Bogor: Ghalia Indonesia (Vol. 27).

Wardlaw, G. (1989). Political terrorism: Theory, tactics and counter-measures. Cambridge University Press.

Wibisono, B. (2018). Satu menit baca bahasa tubuh orang lain. Cheklist.




DOI: https://doi.org/10.24821/rekam.v18i1.4762

Article Metrics

Abstract view : 1647 times
PDF - 1747 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License

View Rekam Stats