Pementasan Teater Lingkungan “Sirna Ilang Kertaning Bumi” Refleksi Konflik Horizontal di Indonesia
Abstract
Bentuk teater lingkungan merupakan sebuah karya seni yang bukan saja menghibur tetapi juga memberikan tawaran-tawaran bentuk penyajian lain dari yang lazim dipergunakan. Bentuk semacam ini diharapkan mampu mendekatkan permainan kepada penonton secara langsung karena penonton tidak perlu lagi mendatangi tempat pertunjukan akan tetapi permainanlah yang akan menjemput mereka di ruang-ruang publik di luar panggung. Aksi dan interaksi secara langsung antara penonton dan permainan mengajak peran serta aktif penonton untuk merasakan langsung teks-teks yang disampaikan pemain. Meskipun bentuk-bentuk kesenian yang melibatkan penonton secara aktif telah dimiliki oleh masyarakat, misalnya upacara adat dan seremoni yang lain, akan tetapi hal tersebut jarang dilakukan pembaharuan dan hanya bersifat warisan atau tradisi saja. Maka dalam proses ini
sutradara mencoba menghadirkan bentuk teater lingkungan dalam sebuah ruang ‘Rumah Makan’ yang mengambil
cerita rakyat masa lalu yang diolah dan disesuaikan dengan masyarakat saat ini. Kemampuan sutradara untuk mengarahkan serta memberi ruang dalam berkreasi bagi pemainnya sangatlah penting. Sementara itu pemain yang
memiliki kecakapan di bidangnya harus siap melakukan improvisasi untuk menghadapi aksi dan interaksi secara
spontan dengan penonton.
Kata kunci: teater lingkungan, ruang publik, sirna ilang, interteks.
ABSTRACT
Performing Environment Theatre “Sirna Ilang Kertaning Bumi”. A Refl ection on the Horizontal Confl ict in Indonesia.The form of environmental theater is a work of art which is not only entertaining but also providing a way of presenting different forms than that commonly used. This form is expected to bring the theatre to a live audience because the audience does not need to go to the venue but the theatre will meet them in public spaces outside stage. Action and direct interaction between the audience and the theatre invite active participation of the audience to feel directly the texts presented by the actors. Although the art forms involving the audience actively have been owned by the community, such as custom ceremonies and other ceremonies, those are rarely renewed, and they remain as customs and tradition. Therefore, in
this process the director tried to present the form of environment theater in a space of “Restaurant” presenting a folklore which had been processed and adapted to today’s society. The ability of the director in directing and providing room for the players to be creative was very important. While players who have skill in their art, they must be ready to confront improvised acts and spontaneous interaction with the audience.
Keywords: environmental theater, public space, sirna ilang, intertex.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24821/resital.v13i1.496
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.