Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian Randai
Abstract
Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia (penari), misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab.
The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body (a dancer), for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bahar, Mahdi. 2009. Musik Perunggu Nusantara. Perkembangan Budayanya di Minangkabau. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
Batubara, Junita. 2013. “Overture dalam Opera Kehidupan Dua Zaman-Hikayat Siboru Deakparujar: Penggabungan Elemen Opera Barat dan Opera Batak” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 14 No.2 Desember 2013: 93-103
Boas, Franz. 1955. Primitive Art. New York: Dover Publication.
Daruni. 2013. “Limbuk Cangik sebagai Inspirasi Perancangan Koreografi Duet Sih Biyung” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 No.2 Desember 2013: 162-171.
Dewi, Maria Octavia Rosiana. 2013. ”Konsep Minimax Slamet Abdul Sjukur dalam Musik “Uwek-Uwek” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 No.2 Desember 2013: 104-121.
Hanefi, dkk. 2004.Talempong Minangkabau. Bandung: P4ST UPI.
Julius, Dt. Malako Nan Putiah. 2007. Mambangkik Batang Tarandam: Dalam Upaya Mewa-riskan dan Melestarikan Adat Minangkabau Menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa. Jakarta: Citra Umbara.
Kartomi, Margaret J. 1990. “Minangkabau Musical Culture: The Contemporary Scene and Recent Attemps at Its Modernization”, dalam Glovia Davis (ed). What is Modern Indonesia Culture. Ohio: Ohio University Press.
___________. 1990. On Concepts and Classifications of Musical Instruments. Chicago: University of Chicago Press.
Kostka, Stefan. 2006. Material and Techniques of Twentieth-Century Music. New York: Oxford University Press.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 1982. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press.
Lee, Evert S. 1992. Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Lkis.
Martamin, Marjani. 1988. “Dendang Minangkabau” [Laporan Penelitian]. Padang Panjang: ASKI.
Merriam, Allan P. 1987. The Anthropology of Music. Chicago: North Western University Press.
Suseno, Franz Magnis. 1999. Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia.
Waridi. 2003. “Gending Dalam Pandangan Orang Jawa: Makna Fungsi Sosial, dan Hubungan Seni” dalam A.M. Hermien Kusmayati (ed). Kembang Setaman, Persembahan Untuk Sang Maha Guru. Yogyakarta : BP ISI Yogyakarta.
DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v15i2.849
Article Metrics
Abstract view : 208402 timesPDF - 13130 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.