PEMERANAN TOKOH LELAKI TUA DALAM NASKAH KURSI-KURSI
Abstract
Kursi-Kursi merupakan kisah perenungan dari kehidupan yang memiliki nilai absurditas. Di saat manusia menjalani rutinitas, menjalani kehidupan dan sampai pada saat kesadaran bahwa ada yang aneh dari perjalanan hidup ini. Maka pada saat itulah, lonceng absurditas mulai dibunyikan. Seolah manusia ditanyakan kembali tentang hakikat kehidupan dan juga permasalahan eksistensialisme secara individu. Absurditas itu lahir dari peristiwa-peristiwa yang tidak bisa diterjemahkan dengan rasionalitas. Kematian yang bertubi-tubi karena peperangan, dan tak ada kekuatan individu untuk menghentikannya. Kemudian pertanyaan berujung, apakah benar bahwa arah kehidupan adalah kebahagiaan. Tetapi mengapa penderitaan dan kejenuhan masih saja dialami.
Bisa jadi keterbatasan yang dimiliki oleh manusia juga bagian dari absurditas. Terpenjara oleh waktu dan segala aturan yang harus dijalani. Sementara kehidupan dan kematian datang tanpa bisa kita rencanakan atau kita duga. Sedangkan alasan untuk hidup belum terjawab.
Sebagai seorang seniman, kesadaran filosofi menjadi kekuatan untuk mempertajam karyanya. Dalam hal ini, kesadaran filosofi itu menjadi kunci aktor untuk memainkan Kursi-Kursi yang merupakan terjemahaman Yudiaryani dari naskah Les Chaise karya E. Ionesco.
Memainkan alienasi adalah tawaran aktor untuk menerobos keterbatasan manusia. Hal itu bagaikan mimpi atau imajinasi seperti halnya tamu-tamu yang datang ke apartemen Lelaki Tua. Akan tetapi menerobos keterbatasan dan melakukan lompatan dari satu sekat ke sekat yang lain dalam diri manusia adalah sebuah wujud kemerdekaan dan bukti bahwa manusia terlahir sebagai makhluk yang bebas.
“Usahalah bersatu dalam setiap waktu, dalam keabadian apabila kita bisa menjadi mahluk semesta, seperti kita baca pada iklan: mati pada saat yang sama.” Itulah dialog aktor di akhir pertunjukan. Keinginan yang sangatlah absurd bagi manusia yaitu mencapai keabadian akan dirinya. Usaha untuk menerobos keterbatasan, takdir dan juga menciptakan sejarah baru adalah realitas yang dilakukan oleh kaum eksistensialis. Bahwa bagi mereka jiwa dan raga manusia adalah milik manusia. Bagi mereka Tuhan tidak mempunyai sangkut paut pada hal yang ingin mereka lakukan atau yang terjadi dalam kehidupannya.
Dalam proses ini, aktor mengambil nilai dari harapan dan semangat untuk hidup. Aktor menyadari bahwa keterbatasan itu ada tetapi hal itu tidak menghalangi dalam proses kreatif.
Kata kunci : Absurd, Absurditas, Ionèsco, Kursi-Kursi
DOI: https://doi.org/10.24821/srs.v0i0.665
Article Metrics
Abstract view : 0 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Jl. Parangtritis KM 6,5 Yogyakarta
email: lib@isi.ac.id website: http://lib.isi.ac.id