Penggunaan Lensa Anamorphic Dan Cool Color Temperature pada Film Fractured (2019) sebagai Penguat Ketidakstabilan Emosi Karakter Ray Monroe
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penguatan ketidakstabilan emosi karakter utama melalui penggunaan lensa anamorphic dan temperatur warna dingin serta apabila diubah menggunakan lensa wide dan temperatur warna hangat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik eksperimental. Unit analisis yang akan digunakan adalah scene dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, reka adegan, pengeditan ulang dengan mengubah temperatur warna, dan survei. Analisis data menggunakan teori Blain Brown untuk lensa dan Jill Morton untuk temperatur warna yang nantinya akan dianalisis kembali perbandingannya. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lensa wide dapat memberikan efek psikologis yang mempertegas adanya kejanggalan pada karakter Ray Monroe dan menampilkan lebih banyak informasi, sementara warm color temperature lebih tepat digunakan sebagai penguat ketidakstabilan Ray Monroe karena warna kuning (warm) mewakili sifat ketidakjujuran, keegoisan, pengkhianatan, kepengecutan, dan kehati-hatian.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24821/sense.v7i1.12704
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.