Glundhângan and Pigeon in Sociocultural Practices of Madurese People

panakajaya hidayatullah

Abstract


Glundhângan adalah ansambel gamelan kayu yang dimainkan oleh orang Madura. Musik glundhângan dipercaya sebagai musik kuno orang Madura. Bahkan ada sebelum era gamelan metallophone. Di Jember, glundhângan terkait erat dengan merpati dan biasanya digunakan untuk acara nyata dan totta’an dhârâ. Nyata adalah peristiwa ketika master merpati berhasil mendapatkan merpati lawannya. Sementara totta’an dhârâ adalah pertandingan melepaskan merpati bersama dan kemudian mereka, merpati, kembali ke pajhudhun (rumah merpati) dari tuan mereka. Glundhângan adalah musik yang menjadi penanda kemenangan master merpati ketika ia mendapat merpati lawannya, dan itu adalah musik yang menyertai pelepasan merpati dan kembali ke rumah. Glundhângan terdiri dari beberapa alat musik kayu seperti glundhâng, dhung-dhung, tong-tong, tek-tek, nèng-nèng dan ghâghâmbhâng, dan mereka disertai oleh vokal dari tembhāng mamaca (versi kuno) dan kèjhungan (versi modern). Setiap pajhudhun dan merpati harus memiliki alat musik dhung-dhung atau tong-tong dalam bentuk berbagai kentongan yang terbuat dari kayu. Alat musik digunakan oleh seorang master sebagai alat komunikasi untuk merpati dan manusia. Instrumen dhung-dhung dari master merpati umumnya keramat sebagai peninggalan lainnya seperti keris. Pada umumnya, sang guru memasok dirinya sendiri dan merpati dengan kekuatan mistis. Ini adalah dhung-dhung itu sendiri yang menjadi identitas musik glundhângan. Bagi orang Madura, merpati diperlakukan sebagai hewan istimewa. Merpati juga merupakan perwujudan kekuatan supernatural dari tuannya. Musik dan merpati glundhângan adalah artikulasi orang Madura yang mewakili tingkat sosial, kebanggaan yang dipertaruhkan, simbol maskulinitas dan distribusi hasrat konflik yang produktif di antara orang-orang.


Glundhangan is an ensemble of wooden gamelan played by Madurese people. Glundhangan music is believed as archaic music of Madurese people. It even existed before era of metallophone gamelan. In Jember, glundhângan is closely related to pigeon and usually used for nyata and totta’an dhârâ events. Nyata is an event when a pigeon master succeeds to get his opponent’s pigeon. While totta’an dhârâ is a match of releasing pigeons together and then they, pigeons, come back to pajhudhun (pigeon house) of their masters. Glundhângan is a music which becomes winning signifier of pigeon’s master when he gets his opponent’s pigeon, and it is an accompanying music for pigeons release and return to home. Glundhângan consists of some wooden musical instruments like glundhâng, dhung-dhung, tong-tong, tek-tek, nèng-nèng and ghâghâmbhâng, and they are accompanied by vocal of tembhâng mamaca (ancient version) and kèjhungan (modern version). Every pajhudhun and pigeon master must have musical instruments dhung-dhung or tong-tong in a form of various kentongan made by wood. The music instrument is used by a master as means of communication to pigeons and people. Dhung-dhung instrument of the pigeon master is commonly sacred as other relics like keris. Commonly, the master supplies himself and pigeons with mythical power. It is dhung-dhung itself which becomes identity of glundângan music. For Madurese people, pigeon is treated as special animal. Pigeon is also a manifestation of supernatural power of its master. Glundhângan music and pigeons are articulations of Madurese people that represent social degree, pride at stake, symbol of masculinity and productive distribution of conflict desire among people.   

 


Keywords


Glundângan, pigeon, totta’an dhârâ, Madurese, Jember

Full Text:

PDF

References


Arifin, Edy Burhan. 2006, “Migrasi Orang Madura dan Jawa ke Jember (Suatu Kajian Historis Komparatif)”, Jurnal Ilmu Sejarah-Historia, Volume III No.1

Bourdieu, Pierre. 1984. Distinction: A social Critique of the Judgement of Taste. Massachusetts: Harvard University Press

Bouvier, Hélèn. 2002. Lèbur!: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Buys, Brandts, van Zijp, J. . & A. 1928. De Toonkunst Bij De Madoereezen, (Jawa VIII). Weltevreden.

Bishop, C.W. 1925. “The Ritual Bullfight”, The China Journal of Science and Arts 3: 630-637 in Jounge, Huub De. 2011. Garam, Kekerasan dan Aduan Sapi: Essai-Essai Tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura.. Yogyakrta: LKIS.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books inc.

_____________. 1992. Tafsir Kebudayaan (Terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.

Hidayatullah, P. 2017. Dangdut Madura Situbondoan. Yogyakarta: Diandra Kreatif.

Husson, Laurence. 1997. “Eight Centuries Of Madurese Migration to East Java”, in Asian and Pasific Migration Journal, Vol.6, No. 1, 1997.

Irmawati, Rosida. 2004. Berkenalan dengan Kesenian Tradisional Madura. Surabaya: Penerbit SIC

Jounge, Huub De. 2011. Garam, Kekerasan dan Aduan Sapi: Essai-Essai Tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura.. Yogyakrta: LKIS.

Kreemer, J. 1956. “De Karbouw: Zijn betekenis voor de volken van de Indonesische studie. Emmerik a.d. Rijn: Urban Schmitz. (PhD Thesis Hoogeschool, Utrecht) in Jounge, Huub De. 2011. Garam, Kekerasan dan Aduan Sapi: Essai-Essai Tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura.. Yogyakrta: LKIS.

Munardi, A.M., Koesdiono dkk. 1983. Pengetahuan Karawitan Jawa Timur, Jakarta: Dep. P. dan K in Bouvier, Hélèn. 2002. Lèbur!: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Prasisko, Yongky. G. 2015. Blandongan: Perebutan Kuasa Budaya Masyarakat Jawa dan Madura. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Rekonsiliasi dan Integrasi Sosial.

Santosa, Imam Budhi. 2017. Profesi Wong Cilik: Spiritualisme Pekerjaan-Pekerjaan Tradisional. Yogyakarta: Basabasi.

Setiawan, A. 2018. Arkeologi Gamelan di Sumenep: Dari Imaji Masyarakat Akar Rumput tentang Gamelan Hingga Penelusuran Gamelan Langka Dengan Berbagai Problematiknya. Surakarta: ISI Surakarta.

Wiyata, L. 2002. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta: LKIS

Wiyata, L. 2013. Mencari Madura. Jakarta: Bidik-Phronesis Publishing.




DOI: https://doi.org/10.24821/jousa.v6i1.2575

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks





Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International LicenseISSN 2355-2131 (print) | ISSN 2355-214X (online).

 

View My Stats