TRANSFORMASI PERTUNJUKAN WAYANG BEBER JAKA KEMBANG KUNING MENJADI PERTUNJUKAN TEATER PANGGUNG
Abstract
Abstrak: Secara visual, Wayang Beber tidak lagi memiliki tampilan yang menarik bagi masyarakat saat ini. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini yang bertujuan untuk menyajikan pertunjukan Wayang Beber yang dapat diterima dan diapresiasi keindahannya oleh masyarakat. Wayang Beber perlu diadaptasi menurut standar hiburan saat ini untuk membuatnya menarik bagi masyarakat sekarang. Adaptasi ini dilakukan dengan cara re-interpretasi isi cerita untuk menyajikan konten yang lebih relevan dan mudah untuk diterima. Dengan menggunakan bentuk pertunjukan Teater Terlibat (Immediate Theatre) yang melibatkan komunikasi secara intim dengan penonton dalam pementasannya, akan dihasilkan sebuah pertunjukan Wayang Beber yang lebih mengakomodasi selera masyarakat saat ini.
Kata Kunci: Wayang Beber, tidak menarik, komunikasi intim
Abstract: Wayang Beber is no longer visually attractive for the society these days. This becomes the reason for this research's aim to present a more appealing Wayang Beber performance which the aesthethics can be appreciated even by current society. In order to do so, Wayang Beber needs to be adapted according to the recent entertainment standard so it may be well-received. This adaptation is done through re-interpretation of the story that leads to telling a more relevant and easier content for the society. Using Immediate Theatre form, in which audience is directly involved in the stageplay to incite an intimate communication, will result in a Wayang Beber performance that is more accomodating to the society.
Key Words: Wayang Beber, unattractive, intimate communication
Full Text:
PDFReferences
Al-Fayyadl, M. (2005). Derrida. Yogyakarta: LKis.
Barba, E., & Savarese, N. (1991). A Dictionary Of Theatre Anthropology, The Secret Art Of The Performer. London: Routledge
Haryanto, S. (1988). Pratiwimba Adhiluhung, Sejarah dan Perkembangan Wayang. Jakarta: Djambatan.
Kernodle, G. R. (1967) Invitation To The Theatre. Boston: Hartcourt, Brace & World. Inc.
Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Piliang, Y. A. (2004). Posrealitas, Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika. Yogyakarta: Jalasutra.
Sawega, A. M. (2013), Wayang Beber, Antara Inspirasi dan Transformasi. Solo: Bentara Budaya Balai Soedjatmoko.
Sugiharto, I. B. (1996). Postmodernisme, Tantangan Bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Wilson, E. (2004), The Theater Experience. New York: McGraw-Hill.
DOI: https://doi.org/10.24821/tnl.v14i1.3301
Article Metrics
Abstract view : 422 timesPDF - 717 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.