The Artivism (Art Activism) of Taring Padi at Documenta Fifteen 2022 through The Cardboard Puppet Workshop
Abstract
Taring Padi’s wayang kardus (cardboard puppets) is one of its most iconic works. Its participatory practices and massive presentation of artworks based on collective solidarity had created a distinguished effect for the international contemporary art ecosystem, particularly at the Documenta Fifteen exhibition. The urgency of analyzing Taring Padi’s activism through its wayang kardus artworks lies in its role as a medium of critical awareness, examining the interconnection between artistic production and collective solidarity. This practice-based research was conducted using participatory observation methods. The findings show that the citizens around are already aware of issues in their immediate environment, leading to the intergenerational distribution of knowledge and experience. This awareness highlights the importance of providing a platform for expressing social messages through accessible, adaptable, and replicable artworks, such as through the wayang kardus workshop. To make it eternal, emerging societal issues will continue to serve as a foundation for the struggle of collective solidarity through art activism.
Artivisme (Aktivisme Seni) Taring Padi di Documenta Fifteen 2022 melalui Bengkel Wayang Kardus. Wayang kardus Taring Padi merupakan salah satu karya yang ikonik. Praktik kerja secara partisipatoris dan presentasi karya secara massif dengan berbasis solidaritas kolektif merupakan sebuah fenomena yang memberikan efek kejut pada ekosistem seni kontemporer internasional, yakni dalam pameran Documenta Fifteen. Kepentingan untuk membaca praktik aktivisme Taring Padi melalui karya seni wayang kardus menjadi krusial untuk terus menjadi kritik penyadaran dengan melihat kelindan antara produksi artistik dengan solidaritas kolektif. Penelitian ini berbasis praktik, dilakukan dengan metode observasi partisipatoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran akan permasalahan yang terjadi di lingkungan terdekat dan terjadinya distribusi pengetahuan dan pengalaman lintas generasi. Kesadaran tersebut menegaskan pentingnya memberikan wadah bagi suara aspirasi pesan-pesan sosial melalui karya seni yang bisa diakses, diadaptasi, dan diduplikasikan oleh masyarakat, salah satunya dengan melalui workshop wayang kardus. Perkembangan zaman akan terus beriringan dengan ragam permasalahan yang dapat menjadi landasan dasar perjuangan solidaritas kolektif melalui aktivisme seni.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Crosby, Alexander. (2011). “Membangun Jaringan Global”. Dalam Taring Padi: Seni Membongkar Tirani, Yogyakarta: Lumbung Press. p.295
Hakim, Salima. (2021). Art, the Ancient Spirit of ‘Gotong Royong’, and The Global Pandemic Village. International Journal of Creative and Arts Studies
Heron, Heronimus & Kim, Min Seong. (2023). Wawancara dengan Taring Padi: Kepeloporan, Kreativitas, Simbol, dan Peristiwa Documenta Fifteen. Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora.
Hujatnika, Agung & Zainsjah, Almira. (2020). Artist Collectives in The Post-1998 Indonesia: Resurgence, or a Turn (?).
Lusandiana, Lisistrata. Dkk (2020). Dari Sanggar ke Kolektif . Mata Jendela Seni Budaya Yogyakarta Volume XV Nomor 4.
Mahamid, Mochammad. (2024). Wayang Kardus sebagai Media Pembelajaran Kreatif untuk Melestarikan Budaya Lokal di Kabupaten Kediri: Cardboard Puppets as Creative Learning Medium in Preserving Local Cultures in Kediri, Indonesia. Besari: Journal of Social and Cultural Studies.
Morawski, Stefan (1970). The Aesthetic Views of Marx and Engels. Source: The Journal of Aesthetics and Art Criticism, Vol. 28, No. 3 (Spring, 1970), pp. 301- 314. Published by: Wiley on behalf of The American Society for Aesthetics Stable
Muthohharoh, I., Ghufron, S., Nafiah, N., & Hartatik, S. (2021). Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kardus terhadap Kemampuan Bercerita Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 3196–3202. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1267
Novitasari, S. A. W., & Utama, M. P. (2020). Dari Realitet Nasi ke Realisme Sosialis: Tema Kerakyatan dalam Seni Rupa Modern Indonesia Masa Persatuan Ahli Gambar Indonesia dan Lembaga Seni Rupa Lembaga Kebudayaan Rakyat. Historiografi,1(1),71-80. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/historiografi/article/view/27887
Sinaga, Dolorosa. (2011). “Taring Padi: Bukan demi Wacana Seni Rupa”. Dalam Taring Padi: Seni Membongkar Tirani, Yogyakarta: Lumbung Press. p.25
Strehovec, Janez. (2021). Art State, Art Activism and Expanded Concept of Art.International Journal of Philosophy of Culture and Axiology 18(2)/2021:55-73
Suryajaya, Martin & Raseuki, Nyak Ina & Zahrawaan, Amy. (2023). KOLEKTIF DAN MENJADI- KOLEKTIF: Evolusi Wacana Kolektif Seni Rupa di Jakarta, 2000 – 2022. Jurnal Masyarakat dan Budaya. 10.55981/jmb.2023.2005.
Tim Peneliti Fixer (2021). Mengeja Fixer 2021: Pembacaan Kolektif Seni Indonesia dalam Sepuluh Tahun Terakhir. Yayasan Gudskul Studi Kolektif.
Tunnikmah, Nadiyah & Irawanto, Budi & Hujatnika, Agung. (2023). Artist-Run Space as a Symbolic Interaction in the Art World of Yogyakarta, Indonesia. International Society for the Study of Vernacular Settlements. 10. 287-301. 10.61275/ISVSej-2023-10-12-20.
White, Emily M. (2011). “Omah Buku Taring Padi dan Aktivitas Edukasi Lainnya”. Dalam Taring Padi: Seni Membongkar Tirani, Yogyakarta: Lumbung Press. p.205
Yalçınkaya, C. T. (2024). ‘Making Friends’ as Labour: The Political Economy of the Lumbung in documenta fifteen. Australian and New Zealand Journal of Art, https://doi.org/10.1080/1443431 8.2024.2360556
DOI: https://doi.org/10.24821/jousa.v12i1.14872
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. ISSN 2355-2131 (print) | ISSN 2355-214X (online).