FILM “TROPY BUFFALO” SEBAGAI SEBUAH PARODI KEBUDAYAAN MINANGKABAU DALAM ESTETIKA POSMODERN
Abstract
Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisi sebuah salah satu film yang mengangkat lokalitas budaya masyarakat Minangkabau yaitu Film Thropy Buffalosutradarai Vanni Jamin. Analisis film ini melakukan pendekatan terhadap Parodi, yang merupakan bagian dari Estetika Posmodern. Praktek budaya posmodernisme ditandai dengan suatu pergeseranyaitu dari estetika produksi ke estetika konsumsi di mana nilai-nilaipermainan dalam estetika menunjukkan kenaikan yang penuh daya. Parodi adalah satu bentuk dialog sebagaimana konsep dialog yang bertujuan mengekspresikan perasaan tidak puas, tidak senang, tidak nyaman berkenaan dengan intensitas gaya atau karya masa lalu yang dirujuk, dan menjadi semacam bentuk oposisi atau kontras di antara berbagai teks, karya atau gaya lainnya dengan maksud menyindir, mengecam, mengkritik, atau membuat lelucon darinya. Dalam film Film Tropy Buffalo, penulis melihat bahwa film tersebut merupakan representasi dari kebudayaan minangkabau yang kemudian di parodikan sebagai bentuk perlawanan oleh pengkarya dalam melihat kehidupan masyarakt Minangkabau.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alfian, T. (2017). Idiom Estetika Dalam Hiperealitas Iklan Rokok. Brikolase, 9(1), 1–26.
Belasunda, R., Saidi, A. I., & Sudjudi, I. (2014). Hibriditas Medium pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho sebagai Sebuah Dekonstruksi. Vis, Art Dan Des, 6(2), 108–129. https://doi.org/10.5614/itbj.vad.2014.6.2.3
Bungin, B. (2001). Makna Realitas Sosial Iklan Televisi Dalam Masyarakat Kapitalistik. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 14(2), 51–64.
Citra Hati, P. (2018). Dakwah Pada Masyarakat Minangkabau (Studi Kasus Pada Kaum Padri). Islamic Ciomunication Journal, 3(1), 105–120.
Darmawan, F. (2006). Posmodernisme Kode Visual dalam Iklan Komersial. Mediator, 7(1), 103–114.
Kartika, B. A. (2015). Mengapa Selalu Harus Perempuan : Suatu Konstruksi Urban Pemenjaraan Seksual Hingga Hegemoni Maskulinitas dalam Film Soekarno. JOURNAL OF URBAN SOCIETY’S ARTS, 2(1), 35–54.
Marta, R. F. (2015). ANALISIS WACANA KRITIS FILM “ PUTERI GIOK ”: CERMIN ASIMILASI PAKSA ERA ORDE BARU CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF “ PUTERI GIOK ” MOVIE : FORCED ASSIMILATION OF NEW ORDER GOVERNMENT. Masyarakat Dan Budaya, 17(1), 331–346.
Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika Dalam Film. Ilmu Komunikasi, 1(1), 125–138.
Rokhani, U. (2017). Produksi Film Kultural Film Indie Ke-“Tionghoa”-an Di Indonesia. Rekam, 13(1), 1–12.
Tinarbuko, S. (n.d.). Eksekusi Iklan Televisi dengan Pendekatan Parodi. Ilmu Komunikasi, 4(1), 1–10. Retrieved from advertisemen; parody approach
Ulva, R. (2015). Dara Jingga, Wisran HAdi: Parodi terhadap Kekuasaan ( Dara Jingga, Wisran Hadi: A Power Parody). Salingka, 12(1), 51–63.
Viora, D. (2017). Sejarah, Mitos, Dan Parodi Dalam Penciptaan Karya Sastra Modern Indonesia Warna Lokal. Basicedu, 1(2), 66–75.
Agger, Ben. 1992. Cultural Studies as Critical Theory. London: The PalmerPress.
Baudrillard, Jean. 1983. Simulation. Semiotext (e). New York.
Dunn, Robert. 1993. Pascamodernisme: Populisme, Budaya Massa dan GardaDepan. Prisma No. 1. Januari 1993.
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.Bandung: Jalasutra.
Kutha Ratna, Nyoman. 2007. Estetika Sastra danBudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajaya, Martin. 2016, Sejarah Estetika, Jakarta: Gang Kabel dan Indie Book Corner.
DOI: https://doi.org/10.24821/jousa.v5i1.2199
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. ISSN 2355-2131 (print) | ISSN 2355-214X (online).