Tradisi Manggusuak pada Pernikahan di Nagari Paninggahan, Solok, Sumatera Barat
Abstract
Abstrak
Artikel ini merupakan luaran penelitian yang mendeskripsikan tradisi Manggusuak di masyarakat Nagari Paninggahan, Solok, Sumatera Barat. Tradisi ini menjadi bagian penting dari siklus pernikahan yang diwariskan secara turun-temurun. Penelitian ini menggunakan teori dari Clifford Geertz. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi lapangan, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Manggusuak merupakan prosesi luluran calon pengantin wanita dengan ramuan tradisional sebagai bentuk simbolis penyucian diri sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Prosesi ini dilaksanakan tiga hari sebelum acara baraelek (pesta pernikahan). Ramuan ini terdiri dari berbagai bahan alami yang masing-masingnya memiliki makna simbolik. Tradisi Manggusuak tidak hanya berfungsi sebagai proses penyucian calon pengantin perempuan secara fisik, tetapi juga menjadi media pewarisan nilai-nilai luhur masyarakat Minangkabau mengenai kesiapan memasuki kehidupan rumah tangga. Prosesnya yang kompleks, dimulai dari pengumpulan bahan alami, pengolahan secara tradisional, hingga peluluran yang disertai petuah dan doa, menjadikan Manggusuak tidak hanya sebagai upacara perawatan diri, namun juga cermin dari sistem pengetahuan lokal yang hidup dalam keseharian masyarakat.
Kata kunci: Tradisi, Manggusuak, Paninggahan
Abstract
Manggusuak in Nagari Paninggahan: Local Specificity within Minangkabau Matrimonial Traditions. This article presents the findings of a research project that describes the Manggusuak tradition practiced by the community of Nagari Paninggahan, Solok, West Sumatra. This tradition forms an integral part of the marriage cycle and has been passed down through generations. The study employs Clifford Geertz’s interpretive cultural theory and adopts a qualitative approach, utilizing field observation, interviews, and documentation as data collection techniques. Data were analyzed through reduction, presentation, conclusion drawing, and verification. Manggusuak is a ritual in which the bride-to-be undergoes a traditional body scrub using herbal mixtures, symbolizing purification before entering married life. The ritual is performed three days prior to the baraelek (wedding celebration). The herbal mixture consists of various natural ingredients, each bearing symbolic meaning. Beyond its function as physical cleansing, Manggusuak serves as a medium for transmitting the Minangkabau community’s core values regarding readiness for marriage. Its intricate process—from gathering natural materials and preparing them traditionally to the act of scrubbing accompanied by advice and prayers—positions Manggusuak not merely as a beauty ritual, but as a reflection of local knowledge systems embedded in everyday life.
Keywords: Tradition, Manggusuak, Paninggahan.
Full Text:
PDFReferences
Adinda. (2024). Tambo sebagai warisan kebudayaan Minangkabau yang sudah mulai terlupakan. Jurnal Minang. https://jurnalminang.id/tambo-sebagai-warisan-kebudayaan-minangkabau-yang-sudah-mulai-terlupakan/
Anindika, A. P., & Ambarwati, D. (2023). Persepsi masyarakat terhadap prosesi upacara pernikahan adat Jawa (Studi kasus Desa Nengahan, Bayat, Klaten). Jurnal Ilmu Syariah, 5(3). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPSU/article/view/74742
Geertz, C. (1992). Tafsir kebudayaan (B. Susanto, Trans.). Kanisius.
Hasbullah, N., & Jailani, M. S. (2020). Tradisi ritual bepapai suku Banjar mandi tolak bala calon pengantin, suku Banjar Kuala-Tungkal, Provinsi Jambi Indonesia. Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 18(2). https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/khazanah/article/view/3920
Hasanuddin. (2018). Revitalisasi tradisi lisan Minangkabau. Makalah Seminar Nasional Revitalisasi Budaya Minangkabau, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. http://repo.unand.ac.id/50057/1/Revitalisasi%20Tradisi%20Lisan%20Minangkabau_compressed.pdf
Hijriyana, S. P., Lestari, R. Y., & Juwandi, R. (2023). Sinergitas peran pemerintah daerah dan masyarakat adat dalam menjaga kearifan lokal. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 13(1), 1–20. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/15699
Nur, R., & Widaty, C. (2022). Ritual mandi pengantin dalam upacara perkawinan adat Banjar di Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Pendidikan Sosiologi, 13(2). https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/102880155/75676594674-libre.pdf?1685584069=&response-content
Permatasari, W. A., & Agustina. (2020). Analisis proses dan esensialitas pada tradisi mandi bakumbo dalam pernikahan adat Melayu di Kecamatan Lima Puluh, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Jurnal Fakultas Seni Rupa, 9(1).
Ritonga, P., et al. (2024). Pepatah-petitih dalam tradisi mandi berdimbar pernikahan adat Melayu, Kecamatan Medang Deras. Universitas Sumatera Barat, 8(1). https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/88734
Sari, W. P., & Susetyo, B. (2022). Betangas pada adat perkawinan masyarakat Melayu Palembang di Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas. Jurnal IAIN Curup, 1(1). https://www.researchgate.net/publication/362968541_Betangas_pada_Adat_Perkawinan_Masyarakat_Melayu-Palembang_di_Kecamatan_Selangit_Kabupaten_Musi_Rawas
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.
DOI: https://doi.org/10.24821/ekspresi.v14i1.17150
Refbacks
- There are currently no refbacks.