Pertunjukan Tradisi Lukah Gilo di Nagari Tarung-Tarung IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat
Abstract
Abstrak
Artikel ini ditulis untuk mendeskripsikan tata cara pelaksanaan serta fungsi pertunjukan tradisi Lukah Gilo bagi masyarakat setempat. Adapun artikel ini merupakan luaran penelitian yang menggunakan teori tradisi dari Bronislaw Malinowski. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung di lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Adapun objek penelitian ini adalah pertunjukan tradisi Lukah Gilo. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sekunder. Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Lukah Gilo merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan rakyat yang menampilkan keahlian khas masyarakat dalam menciptakan ilusi seolah-olah sebuah benda mati yakni lukah atau perangkap ikan dari bambu dapat bergerak dan hidup dengan sendirinya. Gerakan-gerakan lukah tersebut tidak dilakukan secara langsung oleh manusia, melainkan melalui serangkaian ritual, mantra, dan iringan musik tradisional yang diyakini mengundang kekuatan gaib. Atraksi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan kepercayaan spiritual serta kearifan lokal masyarakat pendukung tradisi tersebut. Fungsi pertunjukan tradisi Lukah Gilo bagi masyarakat Taruang-Taruang, adalah sebagai hiburan, sebagai tempat ekspresi bagi pelaku kesenian,memberikan kenikmatan estetis,sebagai komunikasi dan juga pengintegrasian masyarakat, sebagai representasi simbolis, sebagai respon fisik, memperkuat konformitas norma-norma sosial, serta stabilitas kebudayaan. Lukah Gilo juga berfungsi sebagai hiburan dan tontonan yang menarik terutama dalam acara-acara adat, festival, atau upacara tertentu.
Kata kunci : Lukah Gilo, Pertunjukan, Tradisi, Fungsionalisme
Abstract
The Lukah Gilo Traditional Performance in Taruang-Taruang IX Koto Sungai Lasi, Solok Regency, West Sumatra Province. This study aims to describe the procedures of implementation as well as the functions of the Lukah Gilo traditional performance for the local community. To support the research, the study employs Bronislaw Malinowski’s theory of tradition. In addition, the research applies a qualitative approach with data collection techniques including direct field observation, interviews, and documentation. The object of this research is the Lukah Gilo traditional performance. The data sources consist of both primary and secondary sources. Data analysis was carried out through three stages: data collection, data reduction (which includes reducing data, presenting data, and drawing conclusions with verification). The results of the study indicate that the Lukah Gilo performance is one form of folk performing arts that showcases the distinctive skills of the community in creating the illusion that an inanimate object—namely lukah (a bamboo fish trap)—can move and come to life on its own. The movements of the lukah are not directly controlled by humans, but rather are brought forth through a series of rituals, chants, and traditional musical accompaniment believed to summon supernatural forces. This attraction not only entertains but also reflects the community’s spiritual beliefs and local wisdom. The functions of the Lukah Gilo traditional performance for the people of Taruang-Taruang include entertainment, providing a space for artistic expression, offering aesthetic enjoyment, serving as a means of communication and community integration, symbolic representation, physical response, reinforcing conformity to social norms, and maintaining cultural stability. Lukah Gilo also functions as an appealing spectacle, especially in customary ceremonies, festivals, or certain rituals.
Keywords: Lukah Gilo, Performance, Tradition, Functionalism
Full Text:
PDFReferences
Bascom, W. R. (1954). Four functions of folklore. The Journal of American Folklore, 67(266), 333–349. https://doi.org/10.2307/536411
Dundes, A. (1965). The study of folklore. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Malinowski, B. (1944). A scientific theory of culture and other essays. Chapel Hill: University of North Carolina Press.
Novita, M., & Hermawan, H. (2018). Tradisi Lukah Gilo Masyarakat Bonai Kabupaten Rokan Hulu: Pembelajaran Analisis Semiotika. Jurnal Pendidikan Rokania, 3(3), 357-365.
Nofrita, M. (2019). Ritual Speech of Lukah Gilo Tradition of Bonai Society: Value and Social Fungtion Text Study. Humanus: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora, 18(1), 80-87.
Prayogi, R. (2020). Local wisdom of Bonai people in Ulak Patian, Riau. ETNOSIA: Jurnal Etnografi Indonesia, 5(1), 50-65.
Putra, J. Y., Sari, R. P., Yusuf, M. A., Fadjar, M., Wahyuni, R., Ardita, R., ... & Rampasi, I. (2024). Pelestarian Permainan Tradisional Luko Gile (Bubu Gile) di Desa Dusun Baru 1 Kecamatan Pondok Kubang. Pelayanan Unggulan: Jurnal Pengabdian Masyarakat Terapan, 1(3), 124-136.
Rahmawati, S., & Rahima, A. 2020. Makna Kontekstual Dalam Lagu Lukah Gilo Pada Masyarakat Kabupaten Tebo Provinsi Jambi (Struktural Hermeneutik). Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(2), 243-254.
Santi & Kurnia. (2018). Bentuk Penyajian Tari Lukah Gilo Di Masyarakat Sijunjung Sumatera Barat (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
DOI: https://doi.org/10.24821/ekspresi.v14i1.17151
Refbacks
- There are currently no refbacks.