Berbalas Pantun dalam Adat Perkawinan di Desa Muka Sungai Kuruk Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang

Isra Fahriati

Abstract


Abstrak
Penelitian yang berjudul “Berbalas Pantun dalam Adat Perkawinan di Desa
Muka Sungai Kuruk Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang”
mengangkat masalah pesan apa saja yang terkandung dalam kegiatan
berbalas pantun pada adat pelaksanaan perkawinan di Aceh Tamiang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pesan apa saja yang terkandung pada seni berbalas pantun dalam adat perkawinan di Aceh Tamiang. Subjek dalam penelitian ini adalah Wak Ngah, Wak Alang, M. Djhuned Thaher, penggelut, dan masyarakat yang mengapresiasikan budaya berbalas pantun. Penentuan sampel dilakukan secara sampling purposive. Metode yang digunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pantun sering digunakan sebagai media penyampaian pesan pada acara perkawinan yang berisi tentang masalah perkawinan yang harus dipenuhi pihak laki-laki kepada pihak perempuan seperti syarat harus menggunakan inai, membawa emas, sirih, dan elang 7 hari yang terdiri dari tebu, bale, kain, dan harus memahami arti dari tujuan pernikahan tersebut. Disarankan penelitian yang berhubungan dengan berbalas pantun dalam adat perkawinan di Desa Muka Sungai Kuruk Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat terungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini.



Abstract
The study entitled "Balanced in the Marriage Indigenous in the village of
Muka Sungai Kuruk, Seruway District, Aceh Tamiang District" raised the
problem of any messages contained in the rhyme-reciprocal activity on the custom of marriage in Aceh Tamiang. This study aims to find out and
describe what messages are contained in the art of replying to rhymes in
marriage customs in Aceh Tamiang. Subjects in this study were Wak Ngah, Wak Alang, M. Djhuned Thaher, activist, and the community who
appreciated the culture of repayment. Determination of the sample is done by purposive sampling. The method used is a descriptive qualitative method. Data collection is done through observation, interview, and documentation techniques. The results of the data analysis show that pantun is often used as a medium for sending messages on marriage events that are about marital problems which must be fulfilled by men to women such as the requirement to use a host, carrying gold, betel and 7-day eagle consisting of sugar cane, bale , cloth and must understand the meaning of the purpose of the marriage. It is suggested that research related to the reverberation of rhymes in marriage customs in the village of Muka Sungai Kuruk, Seruway sub-district, Aceh Tamiang district, could be continued by other researchers so that it could be revealed that things had not been revealed through this research.

Keywords


berbalas pantun, adat perkawinan, tradisi; balanced, traditional marriage, tradition

Full Text:

PDF

References


A. Hakim. 2000. Pantun Melayu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

B. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bineka Cipta.

Balai pustaka. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: PT Persero Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Merduati, dkk. 2012. Tradisi Berpantun dalam Masyarakat Tamiang. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Priyotomo Eko, Iskandar. 2011. Kate Tetuhe dalam Upacara Perkawinan

Masyarakat Tamiang. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai

Tradisioanal Banda Aceh.

Setyobudi, dkk. Tim Abdi Guru. 2006. Seni Budaya Untuk SMP Kelas VII.

Jakarta: Erlangga.

Sumardi. 1995. Pengertian_Difinisi Pantun. Sastralisan Indonesia.

Sumardjo, Jacob 1997. Perkembangan Teater dan Drama Indonesia. Bandung: STSI Press.

Suraso dan Santoso, 2009. Estetika Sastra, Sastrawan dan Negara. Yogyakarta: Pararaton Publishing.

Soemardjo. 1988. Pengertian_Difinisi Ritual. Sastralisan Indonesia.

Soemardjan, Soelaimam. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Wan Diman, Muntasir. 2003. Tamiang dalam Lintas Sejarah. Tamiang: Yayasan Sri Ratu Safiatuddin.




DOI: https://doi.org/10.24821/invensi.v4i1.2670

Article Metrics

Abstract view : 1458 times
PDF - 4357 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Isra Fahriati



Editorial Address:

Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Jalan Suryodiningratan 8 Yogyakarta 55143, Indonesia

Telp./Fax: 0274 419791

email : jurnal.invensi@isi.ac.id

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

View my stat Visitors