WA ODE MENERJANG BADAI: KARYA TARI YANG MEREFLEKSIKAN PERJUANGAN PEREMPUAN BUTON DALAM MENGGAPAI KEMERDEKAAN
Abstract
RINGKASAN
Wa Ode Menerjang Badai adalah perjuangan wanita Buton dalam melawan kebebasannya. Koreografinya terinspirasi oleh pribadi penulis/koreografer sebagai wanita yang menyandang gelar bangsawan Ode. Hari ini, banyak perempuan Buton Ode yang benar-benar ingin mencapai tujuannya dengan membuat pilihan sendiri. Dalam lagu Khabanti tradisional dan novel modern Di bawah bayang-bayang, Ode digambarkan sebagai perempuan yang hampir tidak memiliki kebebasan karena dibatasi secara ketat oleh aturan tradisional di mana pernikahan yang diatur adalah kebiasaan di antara keluarga kerajaan. "Wa Ode Menerjang Badai ” ditarikan oleh lima orang penari perempuan, salah satunya bertindak sebagai Wa Ode — karakter utama — yang berjuang untuk kebebasan dan status yang setara. Sepanjang koreografi Wa Ode mengungkapkan rasa frustrasi, kebingungan, dan kecemasannya berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan, yaitu membebaskan wanita Buton dari dunia maya yang belenggu aturan tradisional untuk mencapai kebebasan dan kesetaraan
ABSTRACT
Waode Crossing the Storm is the struggle og Buton women in fighting their freedom. The choreography is inspired by the author-choreographer’s personal experience as a woman who bears the noble title of Ode. Today, many Buton Ode women really want to achieve her goals by making her own choices. In the traditional khabanti songs and modern novel Under Shadow of Ode, the Ode women are depicted as almost having no freedom bounded strictly by traditional rules in which arranged marriage is customary among royal families. “Waode Crossing the Storm” is performed by five female dancers one of them acts as Waode—the main character—who is fighting for freedom and equal status. Along the choreography Waode expresses he frustration, confusion, and anxiety indifferent ways to make her dream a reality, i.e, freeing Buton women from the shackles of traditional rules to achieve freedom and equality.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
DAFTAR SUMBER ACUAN
A. Sumber Tertulis
Basuki, Sunaryono. 2009. Seroja. Yogyakarta: Interprebook. Candraningrum, Dewi, “Budaya, Tradisi, Adat”, Jurnal Perempuan 20, Edisi 84 (2015).
Dhewy, Anita. “Feminisme dan Cinta”, Jurnal Perempuan 23. Edisi 96 (2018).
Dhewy, Anita. “Pemikiran dan Gerakan Perempuan Indonesia”, Jurnal Perempuan 24. Edisi 100 (2019).
Dhewy, Anita. “Perempuan dan Demokrasi”, Jurnal Perempuan 24. Edisi 101(2019).
Hadi, Sumandiyo.Y. 2007. Aspek-aspek dasar koreografi kelompok. Jakarta: Cipta Media.
Hadi, Sumandiyo.Y. 2016. Koreografi: Bentuk – Teknik – Isi. Yogyakarta: Cipta Media.
Hawkins, Alma. M. 1988. Creating Trough Dance. USA: Princeton Book Company.Terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. 2003. Yogyakarta: Manthili Yogyakarta.
Kartono, Kartini. (1989). Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung : Mandat Maju.
Miroto, Dalam Yudiaryani, et. al (editor). 2017. Karya Cipta Seni Pertunjukan.Yogyakarta: JB.
Murgiyanto, Sal. 2015. Pertunjukan Budaya dan Akal Sehat. Jakarta : Penerbit FSP-IKJ.Nafriandi, “Perempuan di Ruang Publik Dalam Perspektif Hadis”, Jurnal Ilmiah Kajian Gender VI, Nomor 1 (2016).
Parker, W. Oren and Smith, Hervey K. (1963). Scene design and stage lighting. Published: Holt, Rinehart & Winston.
Rodiyah, “Perempuan Lembak dalam Pergalutan Tradisi Keagamaan”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 4, Nomor 1 (2019).
Royce, Anya P. 2007. Antropologi Tari,(diterjemahkan oleh F.X. Wildaryanto) Sunan Ambu PRESS STSI Bandung.
Smith, Jacqueline. 1976. Dance Compotition atau Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. 1985. Yogyakarta: Ika Lasti.
Subhan, Zaitunah. 2004. Kodrat Perempuan: takdir atau mitos?. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Udu, Sumiman. 2006. Citra Perempuan dalam
Khabati. Program Studi Pascasarjana Sastra Universitas Gajah Mada. Disertasi (tidakditerbitkan).
Udu, Sumiman.2015. Di Bawah Bayang-bayang Ode. Penerbit Seligi Press.
B. Narasumber
Ais Rauf, (27), Penikmat Seni, Wawancara tanggal 2 Juli 2020 di café HabitKota Baubau.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v22i2.11279
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats