HANGGUM
Abstract
Hanggum merupakan judul yang dipilih untuk mewakili keseluruhan isi karya tari ini. Kata hanggum
berasal dari kosakata Lampung adat Saibatin yang berarti hormat, kagum, atau memuja baik kepada tamu
agung maupun kepada Sang Pencipta. Berawal dari pengetahuan mengenai sejarah kebudayaan Lampung
yang pernah dipengaruhi kepercayaan Hindu pada masa Kerajaan Tulang Bawang, serta berhasil
terrekonstruksinya salah satu bentuk kesenian dalam ritual pemujaan yang telah punah (Tari Bedayo Tulang
Bawang), memunculkan ide baru penggarapan yang akan tertuang dalam bentuk karya tari.
Karya tari ini terinspirasi dari sosok pertapa serta perjalanan spiritualnya sebagai asal-usul lahirnya
tarian pemujaan dalam melengkapi sebuah ritual adat masa itu. Pertapa dalam proses tapanya tentu
mengalami berbagai gejolak serta menghadapi segala bentuk gangguan dan godaan. Namun, semua hal
tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk dikendalikan hingga berhasil mencapai tingkat spiritual
yang khusus, ditandai dengan diterimanya wangsit oleh pertapa. Wangsit berupa pelaksanaan upacara ritual
disebutkan juga mendorong lahirnya sebuah tarian pemujaan sebagai kelengkapan ritualnya. Kesakralan
pemujaan yang terbentuk inilah yang juga akan ditampilkan dalam kemunculan dramatik karya tari ini.
Tari Hanggum ditarikan oleh lima penari laki-laki dan tiga penari perempuan sebagai bentuk inovasi
dalam penggarapan yang tetap mengacu pada kesakralan tradisi ritual. Kehadiran para penari merupakan
penggambaran sosok pertapa, aktivitas pemujaan, serta bentuk gangguan dalam perjalanan spiritualnya.
Penggunaan properti kain yang tergantung menjadi klimaks dramatika dalam karya tari ini. Diharapkan
karya tari ini dapat memberikan manfaat bagi setiap penikmatnya, termasuk bagi Pemerintah Daerah Tulang
Bawang-Provinsi Lampung agar lebih memperhatikan kelestarian wujud dan nilai budaya dan tradisi yang
luhur.
Kata kunci: pertapa, ritual pemujaan, Lampung
berasal dari kosakata Lampung adat Saibatin yang berarti hormat, kagum, atau memuja baik kepada tamu
agung maupun kepada Sang Pencipta. Berawal dari pengetahuan mengenai sejarah kebudayaan Lampung
yang pernah dipengaruhi kepercayaan Hindu pada masa Kerajaan Tulang Bawang, serta berhasil
terrekonstruksinya salah satu bentuk kesenian dalam ritual pemujaan yang telah punah (Tari Bedayo Tulang
Bawang), memunculkan ide baru penggarapan yang akan tertuang dalam bentuk karya tari.
Karya tari ini terinspirasi dari sosok pertapa serta perjalanan spiritualnya sebagai asal-usul lahirnya
tarian pemujaan dalam melengkapi sebuah ritual adat masa itu. Pertapa dalam proses tapanya tentu
mengalami berbagai gejolak serta menghadapi segala bentuk gangguan dan godaan. Namun, semua hal
tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk dikendalikan hingga berhasil mencapai tingkat spiritual
yang khusus, ditandai dengan diterimanya wangsit oleh pertapa. Wangsit berupa pelaksanaan upacara ritual
disebutkan juga mendorong lahirnya sebuah tarian pemujaan sebagai kelengkapan ritualnya. Kesakralan
pemujaan yang terbentuk inilah yang juga akan ditampilkan dalam kemunculan dramatik karya tari ini.
Tari Hanggum ditarikan oleh lima penari laki-laki dan tiga penari perempuan sebagai bentuk inovasi
dalam penggarapan yang tetap mengacu pada kesakralan tradisi ritual. Kehadiran para penari merupakan
penggambaran sosok pertapa, aktivitas pemujaan, serta bentuk gangguan dalam perjalanan spiritualnya.
Penggunaan properti kain yang tergantung menjadi klimaks dramatika dalam karya tari ini. Diharapkan
karya tari ini dapat memberikan manfaat bagi setiap penikmatnya, termasuk bagi Pemerintah Daerah Tulang
Bawang-Provinsi Lampung agar lebih memperhatikan kelestarian wujud dan nilai budaya dan tradisi yang
luhur.
Kata kunci: pertapa, ritual pemujaan, Lampung
Keywords
tari, joged, seni
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v3i2.330
Article Metrics
Abstract view : 1535 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats