Gagasan Ki Hajar Dewantara Tentang Kesenian dan Pendidikan Musik di Tamansiswa Yogyakarta

Diah Uswatun Nurhayati

Abstract


Perjalanan panjang gagasan pendidikan kesenian  yang sudah dilakukan Dewantara, sampai sekarang ternyata belum dapat membuat pendidikan tersebut mampu menarik perhatian para pengembang kurikulum pendidikan di Indonesia. Diawali dengan nama pendidikan kesenian, kemudian menjadi pendidikan seni, kerajinan tangan dan kesenian, saat ini dengan nama  Seni budaya dan ketrampilan, yang ruang lingkupnya terdiri dari seni musik, tari, rupa/lukis, dan teater. Dari riwayat kurikulum pendidikan kesenian ini, dapat diketahui bahwa  sebenarnya Indonesia belum dapat memunculkan ide pendidikan kesenian yang dapat menyentuh aspek cipta, rasa, karsa itu yang bagaimana, dan pendidikan musik yang dapat memenuhi standar kompetensi itu yang seperti apa. Hal-hal semacam inilah yang belum dapat dirumuskan oleh para pengembang pendidikan khususnya seni, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Oleh sebab itu, gagasan tentang kesenian khususnya musik dari Dewantara dapat dijadikan acuan sekaligus pedoman dalam mengembangkan pendidikan seni, kesenian atau seni budaya di Indonesia, karena kedudukan kesenian di dalam kebudayaan di seluruh dunia selalu terpakai sebagai ukuran untuk menetapkan rendah tingginya kebudayaan dari sesuatu bangsa.  Banyak pendapat bahwa kebudayaan adalah kesenian dan kesenian adalah kebudayaan. Kesenian salah satu bagian terpenting dari kebudayaan. Menghargai keluhuran bangsa adalah dengan mempelajari  keseniannya, karena ada kesenian ada penghormatan, tidak ada kesenian tidak ada penghargaan terhadap suatu bangsa.

 

The long journey of the idea of art education that has been done by Dewantara, until now apparently has not been able to make the education able to attract the attention of curriculum developers in Indonesia. Beginning with the name of art education, then became art education, handicraft and art, currently under the name Art culture and skills, the scope of which consists of music, dance, visual / painting, and theater. From the history of this art education curriculum, it can be seen that in fact Indonesia has not been able to come up with an idea of art education that can touch the aspects of creativity, taste, what initiative, and music education that can meet such competency standards. Things like this that have not been able to be formulated by educational developers, especially art, both at the central and regional levels. Therefore, the idea of art, especially music from Dewantara can be used as a reference as well as a guideline in developing arts education, arts or cultural arts in Indonesia, because the position of art in cultures around the world is always used as a measure to determine the low or high culture of a nation. Many opinions that culture is art and art is culture. Art is one of the most important parts of culture. Respecting the nobility of a nation is to study its art, because there is art there is respect, there is no art there is no appreciation for a nation.

Keywords: ideas, art, music


Keywords


gagasan; kesenian; musik

Full Text:

PDF

References


Dewantara, Ki Hajar, (2004) Pendidikan (bagian pertama), Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta

__________________, (2004), Kebudayaan (bagian kedua), Majlis Luhur Tamansiswa. Yogyakarta.

__________________, (1964), Serat Sari Swara, Penerbit Pradnjaparamita, Djakarta.

__________________, (1959), Taman Indrya, Kindergarten, Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.

Fudyartanta, (1998). Mengenal Tamansiswa, Sejarah dan Pendidikan Sistem Among, Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.

Hadisukatno, Ki. (1970), ”Permainan Kanak-kanak sebagai Alat Pendidikan” dalam Buku Peringatan Taman Siswa 1922-1952. Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta.

Karl-Edmund Prier sj. (1991), Sejarah Musik jilid I, II, PML, Yogyakarta.

Kamajaya, Karkono, 1992. Dasar dan watak nasionalisme Indonesia. Peringatan 70 tahun Tamansiswa 1922-1992. Pendidikan dan pengembangan SDM, MPLT. Yogyakarta.

Nayono, Ki, (1992), ”Pendidikan Kesenian” dalam 70 Tahun Tamansiswa 1922-1992, Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.

Pasaribu, Amir. (1986), Analisis Musik Indonesia, PT. Pantja Simpati, Jakarta.

____________, (1953), Riwayat Musik dan Musisi, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Rifklefs, M.C. (1995), Sejarah Indonesia Modern. Terj. Dharmono Hardjowidjono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sudarto, Tyasno, (2008). Pendidikan Modern dan Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.

____________, (2008). RM Suwardi Suryaningrat Bangsawan yang menjadi Bapak Bangsa, Majlis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.

Soeroso, (1982). Bagaimana bermain Gamelan, Balai Pustaka, Jakarta.

Sumarsam, (2003), Gamelan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.24821/promusika.v7i1.3165

Article Metrics

Abstract view : 3867 times
PDF - 7963 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 PROMUSIKA



P-ISSN: 2338-039X (print) | E-ISSN: 2477-538X (online)