Mangandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak Toba

Rosmegawaty Tindaon, G.R. Lono Lastono Simatupang, Victor Ganap, Timbul Haryono

Abstract


Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba kematian bukan sebuah totalitas tetapi sebuah perpisahan parsial. Ada kepercayaan bahwa kematian tidak pernah memisahkan manusia secara total, hal ini terungkap lewat ritual yang dilakukan saat anggota keluarga meninggal, konteks kematian dalam masyarakat Batak Toba adalah adat istiadat mereka. Salah satu ritual adat kematian adalah kebiasaan mangandungi jenazah.

Mangandung adalah salah satu ritual kematian yang berasal dari kata andung yang artinya ratap. Kebiasaan mangandungi pada masyarakat Batak Toba berkembang menjadi kesenian yang dikenal dengan tradisi nyanyian andung. Tradisi mangandung dianggap sebagai bagian dari adat dan tergolong penting sebagai bentuk ekspresi kesedihan dengan kata kata dan irama tertentu. Penelitian ini menggunakan metode etnografi.

The Cosmology of Tetabuhan in Ngaben Ritual Ceremony. According to the Batak Toba community belief death is not a totality but a partial separation. There is a belief that death never separates humanity totally, it is revealed through the ritual performed when family members died, the context of death in Batak Toba society is their custom. One of the customary rituals of death is the habit of mangandungi bodies. Mangandung is one of the rituals of death that comes from the word that means grandmother wailed.

The habit of mangandungi in Toba Batak society developed into an art known as the singing andung tradition. Tradition mangandung is considered as part of custom and is important as a form of expression of sadness with certain words and rhythms. This research used ethnography method.


Keywords


Batak Toba; upacara kematian; Andung-andung

Full Text:

PDF

References


Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba: Sejarah dan transformasi religi. Medan: Bina Media Perintis.

Kurt. 1980. Stone Music Nation in the Twentieth Century. London & New York: W. W. Norton & Company

Mack Dieter. 1986. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press.

Prasetya, HB; Timbul Haryono; Lono L. Somatupang. 2011. Habitus, Ngeng, dan Estetika Bunyi Mleset dan Nggandhul pada Karawitan. Paradigma Jurnal Kajian Budaya.

Vol. 1 No. 2.

Siahaan, Nalom.1982. Adat Dalihan Na Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta: Tulus Jaya.

Sibarani. R. 2012 Kearipan Lokal Hakekat, Pera, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Assosiasi Tradisi Lisan (ALT).

Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak: Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta: Balai Pustaka.

Sinaga, Richard. 2010. Meninggal Adat Dalihan Na Tolu. Jakarta: Penerbit Dian Utama.

SJ., Prier, Karl-Edmund. 1966. lmu bentuk Musik.

Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Stone, Kurt. 1980. Music Nation in the Twentieth Century, London & New York: W. W. Norton & Company.

Disertasi

Hodges, William Robert Jr. 2009. “Ganti Andung Gabe Ende (ReplacingLament, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre- funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia)”, [Disertasi] University of California Santa Barbara

Sinaga, Mei Sonni. 2010. Makna simbolik gondang Mula Jadi Na bolon Dalam Upacara Pameleon Bolon Masyarakat parmalim Di Hutatinggi, Kecamatan Lagu Boti, Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara. [Tesis]. Program Seni Pertunjukan dan seni Rupa Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Wijayanto Bayu, Lono L. Simatupang, dan Victor Ganap. 2016. Musik Gospel, Sebagai Ekspresi Spiritual-Musik Jemaat Gereja Kristen Kharismatik. Journal of Urban Society’s Art. Volume 3 No. 2- Oktober 2016.

Pustaka Laman

Hodges, William Robert Jr. 2006. “Tudia ho, dung mate ho?: Manifestasi dan Mediasi Disonasi Kognitif dalam Konteks Lagu-lagu Ratapan di Kalangan Kristen Protestan Batak Toba. Etnomusikologi. Vol. 2 No.1, Mei 2006.”,

Diunduh dari http://www.etnomusikologiusu. com/uploads/1/8/0/0/1800340/ rhodgestudiaho.pdf

Narasumber

Manna Sitinjak 88 tahun, wirasuasta, pelantun nyanyian andung Baniara Samosirara, wawancara dilakukan pada15 Juli 2016, 21

Juli 2016.

Marisi Lumban Gaol 78 tahun, wiwasuasta,

pelantun nyanyian andung, Desa Lumban Sinaga Dolok Sanggul , wawancara dilakukan pada 13 April 14 , 17 -18 Juli 2016, 20

September, 2016, 78

Rumona Lumban Gaol 53 tahun, wirasuasta, pelantun nyanyian andung, Desa Lumban Sinaga Doloksanggul 16-17 September 2016. Tianggur Lumban Gaol 75 tahun, wirasuasta , pelantun nyanyian andung Desa Lumban Sinaga Dolok Sanggul, wawancara dilakukan pada 13 April 2016, dan 27 Juli 2016, 2016.




DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v17i3.2230

Article Metrics

Abstract view : 3169 times
PDF - 8434 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.