Balungan Ladrang Slamet Laras Slendro Pathet Manyura Ditinjau dari Konsep Mancapat
Abstract
Ladrang Slamet bagi masyarakat Jawa tradisonal rupa-rupanya telah dipandang sebagai gending doa keselamatan. Namun, menariknya di dalam Ladrang Slamet tidak dijumpai syair yang secara eksplisit merujuk pada hal-hal yang berkenaan dengan keselamatan. Bahkan syair yang digunakan adalah cakepan salisir, yang juga sering digunakan pada gending-gending yang lain. Merujuk pada permasalahan di atas, studi ini ingin menjawab pertanyaan tentang pemaknaan keselamatan dalam Ladrang Slamet yang diasumsikan terletak pada susunan nada-nadanya. Analisis struktural yang berpijak pada konsep Mancapat dengan pendekatan mitologi digunakan untuk menguraikan struktur balungan Ladrang Slamet laras slendro pathet manyura. Melalui analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa struktur Ladrang Slamet merupakan manifestasi dari sistem relasi dewa-dewa, yakni Siwa-Kama-Brahma-Narada yang mana dalam hubungan relasinya menunjukkan kapasitas Siwa sebagai sumber kekuatan yang mengatur waktu dalam mencapai kesempurnaan.
Balungan Ladrang Slamet of the Slendro Pathet Manyura Reviewed from the Mancapat Concept. Ladrang Slamet for traditional Javanese people seems to be as a genre of prayer for salvation. However, interestingly, in Ladrang Slamet there are no poems that explicitly refer to matters relating to salvation. Even the poetry used is cakepan salisir, which is also often used in other songs. The study wants to discuss the meaning of salvation in Ladrang Slamet, which is assumed found in the arrangement of the notes. The structural analysis which is based on the Mancapat concept with a mythological approach is used to describe the structure of balungan Ladrang Slamet, the harmony of slendro pathet manyura. Through this analysis, it was concluded that the structure of Ladrang Slamet is a manifestation of the system of relations of the gods, namely Shiva-Kama-Brahma-Narada which in the relationship shows Shiva’s capacity as a source of power that governs time in achieving perfection.
Keywords: ladrang slamet; balungan; mancapat
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bandem, I. M. (1986). Prakempa: Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia.
Becker, J. (1979). “Time and Tune In Java” in A. L. Becker and Aram A. Yengoyan, Editor. The Imagination Of Reality: Essays In Southeast Asian Coherence System. Norwood, New Jersey: Ablex Publishing Corporation.
Bhattacharji, S. (1970). The Indian Theoghony: A Comparative Study of Indian Mythology from The Vedas to The Puranas. New York: Cambridge Unyversity Press.
Donder, I. K. (2005). Esensi bunyi gamelan dalam prosesi ritual Hindu: perspektif filosofis-teologis, psikologis, sosiologis, dan sains. Paramita.
Dwi Nugroho, M. (2009). Modul Pengantar Interior Bangunan Jawa”. Yogyakarta: Program Studi S-1 Desain Interior ISI Yogyakarta.
Fried B. Eiseman, J. (2000). Bali Sekala & Niskala Volume I: Essays on Religion, Ritual, and Art. Jakarta: Java Books.
Haryono, T. (2012). Masyarakat Jawa Kuna dan Lingkungannya pada Masa Borobudur” dalam 100 Tahun Pemugaran Candi Borobudur: Trilogi I: Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.
Hasim, M. (2011). Makna Arsitektur Masjid Pakualaman dalam Tinjauan Kosmologi Jawa. Analisa, 18(2).
Hastanto, S. (2009). Konsep Pathet, Dalam Karawitan Jawa. Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press, Surakarta.
Hopkins, E. W. (1986). Epic Mythology. Delhi, Varanasi, Padna, Madras: Motilal Banarsidass.
Martopangrawit, R. l. (1975). Pengetahuan Karawitan Jilid I. Akademi Seni Karawitan Indonesia, Surakarta.
Martopangrawit, R. l. (1988). Dibuang Sayang Lagu dan Cakepan Gerongan Gending-gending Gaya Surakarta. Surakarta: Akademi Seni Karawitan Indonesia.
Santiko, H. (1996). Bhatari Durga di Jawa: Sebuah Tinjauan Sejarah”. Majalah Cempala.
Saptono. (2005). Upacara Tingalan Jumenengan dan Pernikahan Agung di Keraton Kasunanan Surakarta. Resital Jurnal Seni Pertunjukan, 6(2).
Supanggah, R. (2009). Bothekan Karawitan II: Garap. Program Pascasarjana bekerja sama dengan ISI Press, Surakarta.
Suyoto, Timbul Haryono, S. H. (2015). Estetika Bawa dalam Karawitan Gaya Surakarta. Resital Jurnal Seni Pertunjukan, 16(1).
Wardani, L. K. et. al. (9AD). Gaya Seni Hindu-Jawa pada Tata Ruang Keraton Yogyakarta. Dimensi Interior, 2.
DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v19i3.3512
Article Metrics
Abstract view : 4605 timesPDF - 2202 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.