Apropriasi Seni Musik Gugah Sahur: Studi Kasus Tongklek Tuban dan Tong-Tong Madura

Paramitha Dyah Fitriasari, M. Ismail Hamsyah, Agus Danugroho

Abstract


ABSTRACT
The Appropriation of Gugah Sahur Musical Art: A Case Study of Tongklek Tuban and Tong-Tong Madura. This study aims to identify the interrelation between Tongklek Tuban and Tong-tong Madura. Tongklek Tuban, which is a typical music art of Tuban, evolves from the Patrol art in the form of music created originally in Tuban Regency. Interestingly, at first glance, Tongklek Tuban seems to have similarities to Tong-tong art that develops in Madura. To examine both art work thoroughly in this study, the authors implemented qualitative approach, employing both the literature review and documentation techniques. The results of the study reveal that Tongklek Tuban has undergone various changes in its visual form in terms of costumes, equipment, and decorations. It takes both tangible and intangible property from Tong-tong Madura. Moreover, Tonglek Tuban is experiencing another development in terms of creativity reflected to the wheelbarrow used to push the iron xylophone. Over time, the wheelbarrow has undergone a very extraordinary change in shape. At this time, Tongklek Tuban music groups are competing to form their wheelbarrows which actually look like Madurese Tong-tong music. According to the results of the study, positively, appropriation between artworks can be interpreted both positively or negatively. On one hand, an adapted culture can develop through innovation, so that the culture can remain sustainable. On the other hand, negatively, the feelings of disapproval from the owners of the original culture could emerge since they feel that their culture is carried out as an addition to the artistic elements of the appropriating subject.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana apropriasi dalam kesenian antara Tongklek Tuban dan Tong-Tong Madura. Kesenian yang diambil dalam penelitian ini adalah Tongklek Tuban dan Tong-Tong Madura. Kesenian Tongklek Tuban yang muncul berawal dari kesenian Patrol merupakan kesenian yang berkembang di Kabupaten Tuban. Sekilas Tongklek Tuban jika dilihat ada kesamaan dengan kesenian Tong-Tong yang berkembang di Madura. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan metode studi pustaka dan menggunakan teknik dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa Tongklek Tuban yang merupakan kesenian musik khas Tuban mengalami berbagai macam fase perubahan secara visual mulai dari kostum, peralatan yang digunakan, hingga dekorasi. Tongklek Tuban mengapropriasi secara tangible dan intangible dari Tong-tong Madura. Tongklek mengalami perkembangan lagi secara kreativitas yakni terkait gerobak dorong yang biasanya digunakan untuk mendorong gambang besi. Seiring berjalannya waktu gerobak dorong mengalami perubahan bentuk yang sangat luar biasa. Kini para grup musik Tongklek Tuban berlomba-lomba membentuk gerobak dorong mereka yang jika dilihat malah menyerupai musik Tong-tong Madura. Apropriasi dapat dimaknai secara positif maupun negatif. Secara positif, budaya yang di apropriasi mengalami perkembangan dengan inovasi sehingga budaya tersebut dapat tetap lestari. Sisi negatifnya adalah timbulnya rasa tidak terima dari pemilik budaya asal karena merasa budayanya diambil untuk digunakan sebagai penambah unsur seni subjek pelaku apropriasi.


Keywords


appropriation; music art; tongklek Tuban; tong-tong Madura

Full Text:

PDF

References


Arizal, Imam S (2020). Tong-Tong,Ikon Baru Musik Lokal Madura. Lebur.id: Mengikat Makna, Melebur Semesta, 1(1), 1-2. https://lebur.id/2020/06/08/tong-tong-ikon-barumusik-lokal-madura/

Barker, C. (2006). Cultural Studies : Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Bouchenaki, M. (2003). The Interdependency of the Tangible and Intangible Cultural Heritage. ICOMOS 14th General Assembly and Scientific Symposium, 27-31 oct, Victoria Falls, Zimbabwe. http://openarchive.icomos.org/id/eprint/468

Bouvier, H. (2002). Lebur: Seni Musik dan Pertunjukan Masyarakat Madura. Jakarta: Grafika Mardi Yuana.

Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Endraswara, S. (2015). Etnologi Jawa: Penelitian, Perbandingan, dan Pemaknaan Budaya. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)

Irawati, Nugraha & Haryono. (2017). Selonding, 11(11), 1598–1615. https://journal.isi.ac.id/index.php/selo nding/article/view/2958/1160

Irawati. (2016). Transmisi kelentangan dalam masyarakat Dayak Benuaq, Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 17(1), 1–18. https://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/1686

Kartika, D. S. (2007). Kritik Seni. Rekayasa Sains.

Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kunst, J. (1973). Music in Java: Its History, Its Theory and Its Technique. Den Haag: The Hague Martinus Nijhoff.

Kurniawan, B. A., & Abady, C. (2019). Implementasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam Rangka Pengembangan dan Pelestarian Kesenian Musik Tradisional Tong-Tong. Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8 (1), 36-41. https://kanal.umsida.ac.id/index.php/kanal/article/view/151.

Lestari, K. T., & Fikroh, S. (2018). Strategi Komunikasi Pelestarian Seni Tongklek Melalui Teknik Penyusunan Pesan dalam Mewujudkan Ikon Budaya Kabupaten Tuban. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat III Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, 297–300.

Lindsay, J. (1995). Cultural Policy and the Performing Arts in SouthEast Asia. KITLV, Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies, 151 (4), 656-671. https://www.researchgate.net/publication/41017460_Cultural_policy_and_the_performing_arts_in_Southeast_Asia

Mack, D. (1995). Apresiasi Musik, Musik Populer. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatarma.

Martarosa. (2016). Apropriasi Musikal dan Estetika Musik Gamat, Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 17(1), 19–29. https://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/1687.

Nugroho, T. S. (2021). Musik Tongtong Sebagai Pemberdayaan Ekonomi dan Identitas Lokal Masyarakat Kabupaten Sumenep Madura. Jurnal Senin Nasional Cikini, 7(1), 23-30. https://doi.org/10.52969/jsnc.v7i1.110

Rahayu, E. S., & Trilaksana, A. (2022). Sanggar Sayap Jendela di Bojonegoro Tahun 2009-2017. Avatara, 12 (1), 1-14. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/46186

Rahmawati, J., & Guntur. (2018). Keberadaan Masyarakat Kerek sebagai Penghasil Kain Tenun Gedog Tuban. Ornamen, 15 (2), 181-194. https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/ornamen/article/view/2564

Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rogers, Richard A. (2006). From Cultural Exchange to Transculturation: A Review and Reconceptualization of Cultural Appropriation. Communication Theory, 16(1), 474–503. https://academic.oup.com/ct/article-abstract/16/4/474/4098676?redirectedFrom=fulltext

Romadhan, M. I. (2019). Festival Sebagai Media Komunikasi dalam Membangun Citra Destinasi Wisata Budaya di Sumenep. Destinesia: Jurnal Hospitaliti & Pariwisata, 1(1),1-10. https://ojs.stiami.ac.id/index.php/DESTINESIA/article/view/549

Romadhan, M. I. (2020). Membangun Citra Budaya Masyarakat Sumenep melalui Festival Musik Tong-Tong. Metacommunication: Journal of Communication Studies 5(1), 77. https://doi.org/10.20527/mc.v5i1.6993.

Schneider, A. (2006). Appropriation As Practice: Art and Identity in Argentina. New York: Palgrave Macmillan.

Svasek, M. (2007). Anthropology, Art And Cultural Production. Michigan: Ann Arbor, MI.

Young, J. (2008). Cultural Appropriation and the Arts. New Jersey: Blackwell Publishing Ltd.




DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v24i1.8410

Article Metrics

Abstract view : 647 times
PDF - 747 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.