Pengaruh Karawitan terhadap Totalitas Ekspresi Dalang dalam Pertunjukan Wayang Golek Menak Yogyakarta
Abstract
Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh karawitan sebagai salah satu pendukung utama pergelaran wayang dengan kualitas ekspresi dalang wayang golek Menak Yogyakarta. Keberadaan wayang golek Menak di Yogyakarta diawali pada tahun 1950-an yang dipopulerkan oleh Ki Widiprayitna, satu-satunya dalang wayang golek Menak pada waktu itu. Kesederhanaan gaya pedesaan Ki Widiprayitna dalam setiap pergelaran tidak mengurangi keberhasilannya dalam memainkan boneka wayang tiga dimensi tersebut, hingga ia mendapat julukan dhalang nuksmèng wayang. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilannya adalah kesatuan rasa antara gerak wayang dengan karawitan sebagai salah satu pendukung utama pertunjukan.
The Influence of Karawitan towards the Expression Totality of Puppeteer in the Performances of Wayang Golek Menak Yogyakarta. This paper is intended to explain the effect of the karawitan as one of a principal supporter of wayang performance to the quality of the puppeteer expression towards wayang golek Menak Yogyakarta. The existence of wayang golek Menak Yogyakarta has been started in the early 1950’s and was popularized by Ki Widiprayitna, the only puppeteer wayang golek Menak at that time. The simplicity of rustic styles of Ki Widiprayitna in every performances does not diminish his success in playing the three-dimensional puppets, until finally he gets the nickname of dhalang nuksmèng wayang. One of the factors that may influence his success is the unity of sense between the puppet motions with the karawitan as one of the principal supporters of performances.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ardana, I Ketut. 2013. “Pengaruh Gamelan terhadap Baleganjur Semaradana” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol.14 No.2- Desember.
Brandon, James. R. 2003. Jejak-jejak Seni Pertunjukan Di Asia Tenggara. Bandung: P4ST UPI.
Dewey, John. 1980. Art as Experience. New York: Capricorn Books.
Fang, Liaw York. 1982. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultutre. New York: Basic Book Inc.
Hastanto, Sri. 2009. Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa. Surakarta: ISI Press.
Humardani, SD. 1980. “Masalah-masalah Dasar Pengembangan Seni Tradisi”. Surakarta: ASKI.
Irawan. Endah. 2014. “Karakter Musikal Lagu Gedé Kepèsindènan Karawitan Sunda”. dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol.15 No.1- Juni.
Mardiwarsito, L. 1978. Kamus Jawa Kuna (Kawi) – Indonesia. Jakarta: Nusa Indah Ende.
Martopangrawit. 1975. Pengetahuan Karawitan Jilid I. Surakarta: Akademi Seni Karawitan Indonesia.
Moris, Desmond. 1977. Man Watching: A Field Guide to Human Behavior. New York: Harry N. Abrams, INC Publishers.
Mudjanattistomo, dkk. 1977. Pedhalangan Ngayogyakarta. Yogyakarta: Yayasan Habirandha.
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa, Batavia: B.Uitgevers-Maatschappij N.V. Groningen.
__________________________. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cetakan V (Jakarta: Balai Pustaka.
Soedarsono, R.M. 1997. Wayang Wong, Drama Tari Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
___________________. 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: MSPI.
Tim Penulis Senawangi. 1999. Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jilid III Jakarta:Senawangi,
Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. 2001. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
Tohir, Muhammad. 1979. Sejarah Islam dari Andalus sampai Indus, Jakarta:Pustaka Jaya.
Zoetmulder, P.J. dan S.O. Robson, 1995. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v15i2.852
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.