Struktur Naratif Lakon Thothok Kerot Ki Harjito Mudho Darsono

Abdul Aziz, Endah Budiarti, B. Djoko Soeseno

Abstract


Abstract

This paper aims to find the narrative structure of Thothok Kerot performance by Ki Harjito Mudho Darsono. The findings are similar to performance outlines. The research data were audio-visual recordings of Thothok Kerot performance by Ki Harjito Mudho Darsono. Structural method of Becker’s model has been used. In particular, Becker’s narrative structure simplified by Kasidi has been used in the analysis. It has been stated that the structure of a play is built hierarchically from three main parts according to the performance segmentation. Each shadow puppet performance is divided into three scenes, each scene has the same internal structure as a segment of one whole shadow puppet performance. The results show that the narrative structure of Thothok Kerot performance by Ki Harjito Mudho Darsono influences Surakarta style of shadow puppet performances
.


Abstrak

Tulisan ini bertujuan menemukan struktur naratif lakon Thothok Kerot Ki Harjito Mudho Darsono. Temuan itu dapat disetarakan dengan balungan lakon. Data penelitian berupa rekaman audio visual lakon Thothok Kerot Ki Harjito Mudho Darsono. Konsep struktur naratif Becker yang direduksi Kasidi digunakan dalam analisis. Konsep tersebut mengatakan bahwa stuktur lakon dibangun secara hirarkis dari tiga unit pokok sesuai dengan pembabakan lakon. Setiap lakon wayang dibagi ke dalam tiga babak, masing-masing babak memiliki stuktur internal yang sama sebagai suatu kesatuan lakon wayang secara menyeluruh. Metode yang digunakan adalah metode struktural model Becker. Hasil yang didapat yaitu struktur naratif lakon Thothok Kerot Ki Harjito Mudho Darsono terpengaruh pakeliran wayang kulit gaya Surakarta.


Keywords


krucil, wayang, Thothok Kerot, struktur naratif

Full Text:

PDF

References


Astuti, S. R., & Nurwanti, Y. H. (2018). Wayang Timplong: Bentuk Pertunjukan dan Pelestarian. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nialai Budaya (BPNB).

Becker, A. L. (1979). Tex-Building, Epistemology, and Aesthetics in Javanese Shadow Theatre. In A. L. Becker, A. A. Yengoyan, & Et.al. (Eds.), The Imagination and Reality: Essays on Southeast Asia Coherence System. Newe Jersey: Ablex Publication.

Groenendael, V. M. C. van. (1987). Dalang di Balik Wayang. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Hadiprayitno, K. (2004). Teori Estetika untuk Seni Pedalangan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Hadiprayitno, K. (2009). Filsafat Keindahan Suluk Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta: Pemahaman Konsep Suluk sebagai Jalan ke Arah Keluhuran Budi dan Moralitas Bangsa. Yogyakarta: Bagaskara.

Irawanto, R. (2018). Wayang krucil panji identitas ideologi kultural masyarakat Jawa Timur. Nuansa Journal of Arts and Design, 1(2), 94–102.

Irawanto, R. (2019). Pergelaran Wayang Krucil. Marginalisasi Warisan Budaya Panji di Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur (SENADA), 2, 672–679.

Junaidi. (2016). Pengetahuan Dasar Seni Pedalangan. Yogyakarta: CV. Arindo Nusa Media.

Kamajaya. (1992). Serat Centhini jilid II. Yogyakarta: Yayasan Centhini.

Kasidi. (1995). Lakon Wayang Kulit Purwa Palasara Rabi Suntingan Teks Dan Analisis Struktural. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Maridjan. (2017). Wawancara Maridjan. Kediri.

Murtiyoso, B. (1981). Pengetahuan Pedalangan. Surakarta: ASKI Surakarta.

Murtiyoso, B., Suyanto, K., & Sumanto. (2007). Teori Pedalangan: Bunga Rampai Elemen-elemen Dasar Pakeliran. Surakarta: ISI Surakarta dan CV Ska Production.

Nojowirongko. (1960). Serat Tuntunan Pedhalangan Tjaking Pakeliran Lampahan Irawan Rabi Djilid I. Jogjakarta: Tjabang Bagian Bahasa.

Nugroho, W. S. Y. (2016). Kajian Estetik Pertunjukan Wayang Klithik Lakon Thothok Kerot Sajian Ki Harjito Mudho Darsono (Institut Seni Indonesia Surakarta). Institut Seni Indonesia Surakarta. Retrieved from http://repository.isi-ska.ac.id/1340/1/Wejo Seno Yuli N.pdf

Soesiana, K. E., & dkk. (1994). Lagon Vokal Dhalang Jawa Timuran. Surabaya: Dinas P dan K Daerah Propinsi Tingkat 1 Jawa Timur.

Sudikan, S. Y. (1994). Wayang Krucil yang Merana, Nyaris Tidak Dikenal Lagi. Jakarta: Bentara Budaya Jakarta.

Sumaryanto, B. E. (1996). Pementasan Wayang Mbahe dalam Upacara Manganan di Desa Janjang Kabupaten Blora. ISI Yogyakarta.

Utomo, B. (2015). Fungsi Pertunjukan Wayang Krucil Lakon Bedhah Medhahyin dalam Ritual Manganan Janjang Di Kabupaten Blora. ISI Surakarta, Surakarta.

Vantilah. (2018). Wawancara Vantilah: Keturunan Dalang Siram Atmasastra. Kediri.

Widodo, W. E. (1999). Fungsi Pertunjukan Wayang Krucil Lakon Bedhah Medhahyin Dalam Ritual Manganan Janjang Di Kabupaten Blora. ISI Surakarta, Surakarta.

Wikunandha, S. S. D. (2015). Wayang Ritual Mbah Gandrung Desa Pagung Kabupaten Kediri Tinjauan Etnomusikologis. ISI Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.24821/wayang.v6i1.11316

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International LicenseISSN 2356-4776 (print) | ISSN 2356-4784(online).

 

 

View My Stats

Flag Counter