Wrémada: Sebuah Transformasi Tantri dalam Pertunjukan Wayang Bali
Abstract
“Wrémada” is reinterpretations of once episode of Tantri stories, it’s to respond of social-culture phenomena in Indonesia. As we know, the television programs expose coruption in some departmens and institutions. In the other side, the majority of Indonesia society wereunderestimating of traditional arts. Based on this phenomena,
title of this art work was used “Wrémada”, it’s mean is “the monkey was stunned by position and authorities. This art work to fuse three genre, there are wayang golek, wayang peteng, dan wayang lemah, in which each of those had different of playing technical and space. But they were colaborated to be one unity art work, and so, this art work can be accepted of Baliness society. And it explained once widya component of Tantri’s story, so it be rebornd and reflected by Indonesia society, and so to build a nations character based on local norm and convention. My expectations of tenants, it can be wise and be guided by the chess pariksa or called by the name of chess nayasandhi is the same, different, funds, and danda.
“Wrémada” merupakan reinterpretasi dari salah satu cerita dalam Tantri, untuk merespon kondisi sosial budaya bangsa Indonesia dewasa ini. Sebagaimana banyak diberitakan di televisi tentang pejabat tinggi negara yang terjerat kasus korupsi. Fakta demikian ditunjang oleh kondisi budaya bangsa khususnya kesenian tradisional yang menunjukkan adanya gejala mulai terpinggirkan. Atas dasar hal tersebut maka karya ini diberi judul “Wremada”, yang artinya kera yang mabuk jabatan dan kekuasaan.
Karya ini merupakan gabungan tiga jenis wayang, yaitu wayang golek, wayang peteng, dan wayang lemah. Ketiganya memiliki teknik bermain dan ruang gerak yang berbeda, kemudian dikolaborasikan menjadi satu kesatuan karya yang utuh. Karya ini dimaksudkan untuk menjabarkan salah satu komponen widya dalam cerita Tantri agar dikenali kembali oleh masyarakat. Karya ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam pembangunan karakter bangsa, khususnya pola perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa sesuai dengan kapasitas masing-masing. Harapan penggarap, karya ini dapat dijadikan cermin bagi masyarakat agar bersikap bijaksana dengan berpedoman pada catur pariksa atau catur nayasandhi,yang meliputi sama, beda, dana, dan danda.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
a. Acuan
Catra, I Nyoman. 2013. ”Wayang Lemah: Fungsi,
Makna dan Kontekstualnya dalam Upacara
Agama Hindu”. Makalah Semiloka Wayang
Lemah. Mangupura: Dinas Kebudayaan
Kabupaten Badung, Himpunan Seniman
Kabupaten Badung.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran
Drama: Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian.
Yogyakarta: CAPS.
Moeliono, Anton M. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Bahasa.
Ngurah, I Gusti Made. 1993. Buku Pendidikan
Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi.
Surabaya: Paramita.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Suteja, I Kt. 2012.Catur Asrama: Pendakian
Spiritual Masyarakat Bali Dalam Sebuah
Karya Tari. Disertasi.Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Taro, I Made. 2009. Kisah-Kisah Tantri. Denpasar:
Sanggar Kukuruyuk.
Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Wahyudi, Aris. 2014. “Sambung-rapet dan Gregetsahut dalam Dramaturgi Wayang” dalam Wayang Nusantara: Journal of Puppetry. Vol.
No. 1. September 2014, (1 -12).
Zoetmulder, P.J. 1995. Kamus Jawa Kuna Indonesia.
Yogyakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
b. Audio-Visual
Wayan Wija. 2008. Wayang Kulit Tantri Sang Aji Darma Kepastu. VCD. Bali Record.
Yayasan Gagat Enjang, 2009. Wayang Kulit
Binatang Kisah Si Bojog. VCD.
I Ketut Kodi. 2010. Wayang Betel Gua Gala-gala.
VCD. Koleksi Pribadi
I Ketut Sudiana. 2010. Grenyem Leak. Video.
Koleksi Pribadi.
DOI: https://doi.org/10.24821/wayang.v2i2.3050
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. ISSN 2356-4776 (print) | ISSN 2356-4784(online).