BORU SASADA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN MUSIK ETNIS "ARUNA"
Abstract
Anak perempuan Batak Toba memiliki ruang sempit dalam hak dan kewajiban untuk memiliki kebahagiaan dan karir. Boru Sasada menjadi istilah bagi seorang anak perempuan tunggal keluarga Batak Toba. Reinterpretasi kesetaraan gender secara negatif dalam masyarakat Batak Toba sangat besar. Hal ini ditandai dengan keyakinan bahwa anak laki-laki adalah sebuah akar pohon dalam keluarga, sehingga mengkesampingkan bahwa seorang anak perempuan juga berharga. Globalisasi memberikan banyak perubahan terhadap reinterpretasi tersebut, ada positif, namun ada yang negatif. Sebuah keluarga tentu mengasihi keturunan mereka, namun masyarakat banyak yang tidak sependapat dan memutuskan bahwa sebuah keluarga tanpa anak laki-laki adalah suatu hal yang hina. Sementara, seorang perempuan pada dasarnya akan selalu bermain perasaan dalam menanggapi cerita dalam hidupnya. Sangat menarik ketika adat dan istiadat menjunjung tinggi kehadiran seorang anak laki-laki, akan tetapi Tuhan memberikan karunia anak perempuan. Mengaplikasikan suasana hati dan perasaan puteri tunggal masyarakat Batak Toba ke dalam penciptaan musik etnis didahului dengan penelitian yang mencari tahu apa saja perasaan dari puteri tunggal masyarakat Batak, kemudian penciptaan menggunakan ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil penelitian ketika anak perempuan dikesampingkan, berdasarkan bagaimana orangtua meyakinkan dan mendukungnya. Masyarakat yang hidup di era globalisasi akan mampu berpikir dengan lebih terbuka, dan tidak seenaknya menghina. Putri tunggal Batak Toba dan perasaannya menjadi sebuah fokus pada karya musik etnis berjudul “Aruna”
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Aninda, Ruth. 2013. “Nilai Anak Perempuan pada Keluarga Batak Ditinjau Dari Ibu Dewasa Awal dan Dewasa Madya”, dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. II, No. 1/2013,4.
Baiduri, Ratih. 2015. “ Paradoks Perempuan Batak Toba : Suatu Penafsiran hermeneutik terhadap Karya Sastra Ende Si Boru Tombaga”, dalam Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Program Studi Antropologi Universitas Negeri Medan, Vol. 31 No. 1/Juni 2015, 52.
Hawkins, M. Alma. 2003. Mencipta Lewat Tari. Terj. Hadi, Y. Sumandiyo. Yogyakarta: Manthili Yogyakarta.
Hutajulu, Rithaony. 2003. “Opera Batak sebagai Wadah Eskpresi Perempuan”, dalam Perempuan Dalam Seni Pertunjukan. Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, Vol I, No I: 113-134.
Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Indrayani Siahaan, Elfrida. 2009. “Harga diri Bapak Batak Toba yang Napunu”. Skripsi untuk menempuh derajat Strata 1 Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Mack, Dieter. 2004. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam prespektif Agama, Budaya, dan Keluarga. Magelang: Yayasan Indonesia Tera.
Purba, Krismus. 2004. “Umpama dan Umpasa Batak”, dalam SENI Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni, No X/02: 169.
Prier SJ, Karl Edmund. 2015. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Cetakan V.
Syahputra Dalimunthe, Awal Ahmad. 2012. “Fungsi, Dan Teknik Peremainan Instrumen Dan Bentuk Penyajian Musik Tradisional Gondang Hasapi Keluarga Seni Batak Japaris Bagi Masyarakat Batak Toba Di Yogyakarta”, Skripsi untuk menempuh derajat Strata 1 Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Siburian Ester, Dameria. 2018. “Pengenalan Motif Gorga Singa-Singa Menggunakan Teknik Sumblime Printing”, dalam Jurnal ATRAT, No.1/6: 4.
Vergouwen, J.C. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
DOI: https://doi.org/10.24821/sl.v19i1.5873
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF (Bahasa Indonesia) - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.